Siang itu kau datang ke Bandara, katamu kau mau mengantarku pergi, sebenarnya bukan pergi, pulang lebih tepatya, pulang ke rumah. Aku tidak ada ide mengapa kau mau menyempatkan diri menemuiku di bandara waktu itu.
Aku duduk di kursi tunggu sebelum chek-in sambil memperhatikan orang-orang di Bandara. Bandara waktu itu ramai sekali, orang-orang berlalu lalang dan orang-orang yang mengobrol, para petugas yang menyapa ramah dan para pekerja yang menawarkan jasa.
Tidak sulit untuk melihatmu dari kejauhan, yang datang dari arah tempat parkir. Walau mataku yang kini silinder, yang ketika melihat sesuatu di kejauhan selalu buram, tapi aku tetap bisa mengenalimu. Dengan posturmu yang tinggi itu dan masa aku mengenalmu yang sudah bertahun-tahun aku bisa mengenalimu.
Kemudian mengobrollah kita, disela-sela waktu menunggu. Entah berawal darimana, percakapanpun mengalir. Mungkin karena kita sudah lama tidak bertemu jadi banyak sekali cerita yang tersampaikan. Aku merasa seperti diri sendiri yang bercerita dengan bebasnya dan kau yang duduk mendengarkan, sesekali kita berdebat tentang sesuatu yang akhirnya membuat kita tertawa.
Kau menyelipkan sebuah buku. Kau bilang buku itu bagus, cerita tentang Jogja dan Bandung. Selain itu kau tidak berkata-kata apapun tentang buku itu. Namun setelah membukanya aku tahu ada misi dalam buku itu. Baru membaca sinopsis buku itu saja aku tahu maksudmu.
Siang itu di Bandara, ada yang tersenyum lebar karena sebuah pertemuan dan cerita.
Friday, August 29, 2014
Sunset
Wednesday, August 27, 2014
Aku memilih
Aku memilih tuk mewujudkan mimpi bersamamu.
Aku memilih tuk menapaki jalan bersamamu.
Aku memilih tuk berbagi cerita bersamamu.
Aku memilih tuk menggenapkannya bersamamu
Aku memilih.
Aku memilih tuk menapaki jalan bersamamu.
Aku memilih tuk berbagi cerita bersamamu.
Aku memilih tuk menggenapkannya bersamamu
Aku memilih.
Sunday, August 24, 2014
Book Review: Sabtu Bersama Bapak
Judul : Sabtu Bersama Bapak
Penulis : Adhitya Mulya
Halaman : 273 Hal.
Penerbit : Gagas Media
Pertama saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Adithya Mulya yang telah menyajikan cerita yang kece dalam buku ini. Terima Kasih. Ini adalah pertama kalinya saya membaca buku Adhitya Mulya, yang diterbitkan oleh gagas media, biasanya setiap membaca buku terbitan gagas media saya merasa biasa-biasa saja, tapi tidak dengan buku tulisan Adhitya ini.
Ide cerita dalam novel ini segar dan menarik, membuatmu ingin segera menyelesaikannya. Banyak pesan moral di dalamnya, sederhana tapi mengena, tidak terasa menggurui. Membaca buku ini membuat saya seperti seorang anak yang sedang dinasehati orang tua yang bijaksana.
Novel ini bercerita tentang sebuah keluarga. Sang bapak merekam banyak video dirinya sendiri, dalam video dia memberikan nasihat-nasihat dan berbagai cerita yang ditujukan untuk anak-anaknya juga istrinya. Ini ia lakukan ketika ia divonis akan segera berpulang karena sakit yang ia derita. Anak-anaknya tumbuh dengan baik, mereka menemukan cintanya sendiri dan menjadi kuat.
Selain itu banyak juga bagian-bagian lucu dalam novel ini, email-emailan lucu yang membuat saya terbahak. Dialog-dialognya ringan, tidak susah untuk dimenegrti. Saya rasa kekuatan Adhitya adalah ada dalam dialog-dialog yang ia ciptakan. Dialog-dialognya terasa pas dan membuatmu ingin meneruskan sampai habis.
Saya rekomendasikan novel ini untuk kalian baca, terlebih untuk para laki-laki sebagai calon suami dan calon bapak. Di dalamnya akan kalian rasakan kehangatan hubungan antara anak dan orangtua, suami dan istri, adik dan kakak. Akan membuatmu merasa sangat bersyukur memiliki keluarga. Silahkan dibaca dan rasakan sendiri keistimewaannya.
“Ini adalah sebuah cerita. Tentang seorang pemuda yang belajar mencari cinta. Tentang seorang pria yang belajar menjadi bapak dan suami yang baik. Tentang seorang ibu yang membesarkan mereka dengan penuh kasih. Dan…., tentang seorang bapak yang meninggalkan pesan dan berjanji selalu ada bersama mereka.”
Penulis : Adhitya Mulya
Halaman : 273 Hal.
Penerbit : Gagas Media
Pertama saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Adithya Mulya yang telah menyajikan cerita yang kece dalam buku ini. Terima Kasih. Ini adalah pertama kalinya saya membaca buku Adhitya Mulya, yang diterbitkan oleh gagas media, biasanya setiap membaca buku terbitan gagas media saya merasa biasa-biasa saja, tapi tidak dengan buku tulisan Adhitya ini.
Ide cerita dalam novel ini segar dan menarik, membuatmu ingin segera menyelesaikannya. Banyak pesan moral di dalamnya, sederhana tapi mengena, tidak terasa menggurui. Membaca buku ini membuat saya seperti seorang anak yang sedang dinasehati orang tua yang bijaksana.
Novel ini bercerita tentang sebuah keluarga. Sang bapak merekam banyak video dirinya sendiri, dalam video dia memberikan nasihat-nasihat dan berbagai cerita yang ditujukan untuk anak-anaknya juga istrinya. Ini ia lakukan ketika ia divonis akan segera berpulang karena sakit yang ia derita. Anak-anaknya tumbuh dengan baik, mereka menemukan cintanya sendiri dan menjadi kuat.
Selain itu banyak juga bagian-bagian lucu dalam novel ini, email-emailan lucu yang membuat saya terbahak. Dialog-dialognya ringan, tidak susah untuk dimenegrti. Saya rasa kekuatan Adhitya adalah ada dalam dialog-dialog yang ia ciptakan. Dialog-dialognya terasa pas dan membuatmu ingin meneruskan sampai habis.
Saya rekomendasikan novel ini untuk kalian baca, terlebih untuk para laki-laki sebagai calon suami dan calon bapak. Di dalamnya akan kalian rasakan kehangatan hubungan antara anak dan orangtua, suami dan istri, adik dan kakak. Akan membuatmu merasa sangat bersyukur memiliki keluarga. Silahkan dibaca dan rasakan sendiri keistimewaannya.
“Ini adalah sebuah cerita. Tentang seorang pemuda yang belajar mencari cinta. Tentang seorang pria yang belajar menjadi bapak dan suami yang baik. Tentang seorang ibu yang membesarkan mereka dengan penuh kasih. Dan…., tentang seorang bapak yang meninggalkan pesan dan berjanji selalu ada bersama mereka.”
Sunday, August 3, 2014
Libur Lebaran: Pantai Pink!
Setelah beberapa kali melihat foto teman-teman yang berkunjung ke Pantai Pink, akhirnya libur lebaran ini saya berkesempatan untuk mengunjungi pantai ini. Akhir-akhir ini pantai-pantai yang ada di Lombok memang nge-hits, jadi penasaran buat melihat secara langsung, tidak hanya dari foto-foto yang ada di dunia maya.
Akhirnya hari pertama libur lebaran saya bersama adek perempuan saya dan beberapa orang teman datang ke Pantai Pink. Pantai Pink ini secara administrasi masuk ke dalam wilayah Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur, Desa Sekaroh, dan untuk menuju pantai ini kita harus melewati hutan Sekaroh. Kuberitahu sebuah rahasia bahwa Pantai Pink ini letaknya jauh dan tersembunyi, jalan yang akan kalian lalui itu penuh batu, tanah, dan lubang, enggak kebayang gimana kondisi jalannya ketika hujan. Dari rumah saya saja Lendang Nangka, Masbagik (masih Kabupaten Lombok Timur), perjalanannya ditempuh selama 2 jam. Jika ingin ke Pantai Pink kondisi kendaraan kalian harus prima.
Perjalanan yang begitu panjang dan tidak mulus akan terbayar dengan pemandangan pantai yang subhanalloh indahnya. Di sebelah kanan dari pintu masuk Pantai ini ada sebuah tebing, terdapat beberapa pulau kecil di tengahnya dan di sebelah kiri juga ada tebing dan katanya terdapat beberapa gua.
tadaaaa.....Pantai Pink :)
Pantai ini disebut Pantai ini memiliki Pasir yang berwarna pink, ia memiliki butiran-butiran yang berwarna pink, setelah saya perhatika memang benar pink lho. Sayangnya saya tidak bisa mengabadikan pasirnya yang pink karena kami sampai di pantai ini sudah siang hari. Biasanya pantai ini akan terlihat pink ketika terkena sinar mentari pagi.
Saya dan Pantai \D/
inilah kami yang main ke Pantai Pink
Hutan Sekaroh
Liburan ke Pantai Pink lumayan menghibur dan membuat mata segar :)
Akhirnya hari pertama libur lebaran saya bersama adek perempuan saya dan beberapa orang teman datang ke Pantai Pink. Pantai Pink ini secara administrasi masuk ke dalam wilayah Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur, Desa Sekaroh, dan untuk menuju pantai ini kita harus melewati hutan Sekaroh. Kuberitahu sebuah rahasia bahwa Pantai Pink ini letaknya jauh dan tersembunyi, jalan yang akan kalian lalui itu penuh batu, tanah, dan lubang, enggak kebayang gimana kondisi jalannya ketika hujan. Dari rumah saya saja Lendang Nangka, Masbagik (masih Kabupaten Lombok Timur), perjalanannya ditempuh selama 2 jam. Jika ingin ke Pantai Pink kondisi kendaraan kalian harus prima.
Perjalanan yang begitu panjang dan tidak mulus akan terbayar dengan pemandangan pantai yang subhanalloh indahnya. Di sebelah kanan dari pintu masuk Pantai ini ada sebuah tebing, terdapat beberapa pulau kecil di tengahnya dan di sebelah kiri juga ada tebing dan katanya terdapat beberapa gua.
tadaaaa.....Pantai Pink :)
Pantai ini disebut Pantai ini memiliki Pasir yang berwarna pink, ia memiliki butiran-butiran yang berwarna pink, setelah saya perhatika memang benar pink lho. Sayangnya saya tidak bisa mengabadikan pasirnya yang pink karena kami sampai di pantai ini sudah siang hari. Biasanya pantai ini akan terlihat pink ketika terkena sinar mentari pagi.
Saya dan Pantai \D/
inilah kami yang main ke Pantai Pink
Hutan Sekaroh
Liburan ke Pantai Pink lumayan menghibur dan membuat mata segar :)
Saturday, August 2, 2014
Ritual Tahunan: Pinak Pelecing Kangkung Berempat
Saya menyebutnya ritual tahunan, setahun sekali. Tapi tunggu dulu, ini bukanlah sebuah ritual yang aneh-aneh. Entah kapan ritual ini dimulai, saya lupa persisnya. Kami selalu melakukan kegiatan ini berempat, hanya berempat, tidak menerima tamu lain....haha *ketawajahat
Jadi ceritanya begini, saya mempunyai tiga orang sahabat perempuan yaitu Kiki, Yulida dan Dije. Kami dari satu kampung yang sama, sejak taman kanak-kanak sampai saat ini 2014 kami bersahabat. Sejak kecil kami sering main bareng, melakukan kenakalan-kenakalan khas masa kecil, sampai kami sama-sama beranjak remaja dan menjadi dewasa.
Seperti diketahui bersama bahwa momen libur lebaran adalah waktu yang tepat untuk berkumpul bersama keluarga dan para sahabat. Kamipun selalu melakukan hal yang sama, setiap libur lebaran kami selalu menetapkan satu hari untuk berkumpul berempat dengan ritual wajib "pinak pelecing" alias bikin pelecing.
Biasanya kami pinak pelecing di rumah Kiki, ibunya Kiki akan sangat senang melihat kami datang, kemudian akan menyilahkan kami memakan makanan-makanan yang ada di rumahnya (mungkin gegara kami terlihat selalu kelaparan...haha). Sebelum pinak pelecing bareng, kami akan ke pasar dulu untuk beli bahan-bahan pelecing, namun beberapa waktu terahir Kiki menyediakan bahan-bahannya langsung, dengan sponsor penuh dari Ibunya :D.
Libur lebaran tahun ini, kami melakukan ekspansi dengan pindah lokasi pinak pelecing yaitu di berugaknya Yulida yang ada di sawah barunya. Pinak pelecing ini disponsori oleh Yulida secara penuh.
Seksi ngulek bumbu di setiap momen pinak pelecing kami adalah Dije, tidak boleh diganggu gugat dan harus pedaaaasss. Baiklah kami mengiyakan, soalnya si doi penggila pedas, sebenarnya kami berempat lebih tepatnya..hehe.
Berugaknya Yulida
ada kolam kangkung juga lhoo
Pelcing kangkung kami dilengkapi dengan nasi putih, ayam panggang plus sambal bawangnya, kerupuk, dan biasanya kami bikin es sirup juga, tapi cukuplah tadi air putih. Tidak kalah nikmat juga :) dan tidak ketinggalan juga berbagai cerita yang mengalir dari A-Z.
Pelecing Kangkung
Nikmatnya itu karena bareng kalian, semoga tahun-tahun setelah ini kita masih bisa pinak pelecing bareng ya.
Big Hug
Jadi ceritanya begini, saya mempunyai tiga orang sahabat perempuan yaitu Kiki, Yulida dan Dije. Kami dari satu kampung yang sama, sejak taman kanak-kanak sampai saat ini 2014 kami bersahabat. Sejak kecil kami sering main bareng, melakukan kenakalan-kenakalan khas masa kecil, sampai kami sama-sama beranjak remaja dan menjadi dewasa.
Seperti diketahui bersama bahwa momen libur lebaran adalah waktu yang tepat untuk berkumpul bersama keluarga dan para sahabat. Kamipun selalu melakukan hal yang sama, setiap libur lebaran kami selalu menetapkan satu hari untuk berkumpul berempat dengan ritual wajib "pinak pelecing" alias bikin pelecing.
Biasanya kami pinak pelecing di rumah Kiki, ibunya Kiki akan sangat senang melihat kami datang, kemudian akan menyilahkan kami memakan makanan-makanan yang ada di rumahnya (mungkin gegara kami terlihat selalu kelaparan...haha). Sebelum pinak pelecing bareng, kami akan ke pasar dulu untuk beli bahan-bahan pelecing, namun beberapa waktu terahir Kiki menyediakan bahan-bahannya langsung, dengan sponsor penuh dari Ibunya :D.
Libur lebaran tahun ini, kami melakukan ekspansi dengan pindah lokasi pinak pelecing yaitu di berugaknya Yulida yang ada di sawah barunya. Pinak pelecing ini disponsori oleh Yulida secara penuh.
Seksi ngulek bumbu di setiap momen pinak pelecing kami adalah Dije, tidak boleh diganggu gugat dan harus pedaaaasss. Baiklah kami mengiyakan, soalnya si doi penggila pedas, sebenarnya kami berempat lebih tepatnya..hehe.
Berugaknya Yulida
ada kolam kangkung juga lhoo
Pelcing kangkung kami dilengkapi dengan nasi putih, ayam panggang plus sambal bawangnya, kerupuk, dan biasanya kami bikin es sirup juga, tapi cukuplah tadi air putih. Tidak kalah nikmat juga :) dan tidak ketinggalan juga berbagai cerita yang mengalir dari A-Z.
Pelecing Kangkung
Nikmatnya itu karena bareng kalian, semoga tahun-tahun setelah ini kita masih bisa pinak pelecing bareng ya.
Big Hug
Subscribe to:
Posts (Atom)