Thursday, July 31, 2014
Perjalanan Pertama Adek Laki-laki Saya
Adek laki-laki pertama saya, Iskandar Suhairi yang akan melakukan perjalanan hari ini. Ia akan pergi menuntut ilmu, melanjutkan sekolahnya ke pondok pesantren modern gontor Jatim. Ini adalah perjalanan pertamanya menyeberangi pulau, perjalanan pertamanya menggunakan pesawat. Ia mengatakan kalau ia sedikit grogi karena akan mengalami pengalaman pertama dengan pesawat. Namun sebenarnya ia tidak perlu hawatir, karena Bapak menemaninya, Bapak akan membimbingnya nanti. Bapak akan menemaninya sampai semua urusan pendaftaran sampai daftar ulang selesai.
Betapa bangganya saya sama kamu dek, diumurmu yang baru 15 tahun sudah berani membuat keputusan untuk sekolah di tempat yang jauh, di ponpes lagi. Kakakmu ini saja ketika seumuranmu tidak pernah berpikir untuk sekolah di tempat yang jauh dari rumah, apalagi mau sekolah di ponpes. Memang ini bukan kali pertama kamu mondok kan, Mts kemarin juga kamu memilih mondok. Jadi pasti kamu sudah terbiasa dengan suasana ponpes. Semoga kamu diberikan kelapangan dan ilmu yang berkah.
Saya dan Adek :)
Sekarang kamu sudah tumbuh besar ya, lucu jika ingat dulu kamu kecil, masih bisa digendong, diajakin main kesana kemari. Sekarang badanmu sudah tumbuh, tinggimu saja udah jauh di atas kakakmu ini. Tapi itu adalah hal bagus, tandanya kamu tumbuh sehat, tumbuh dengan baik.
Kakakmu ini pasti akan merindukanmu, kami akan merindukanmu. Naman ada dua pasang hati yang akan sangat rindu padamu melebihi apapun yaitu Ibuk dan Bapak. Hanya dukungan penuh serta doa-doa terbaik yang akan menemani perjalananmu. Doa-doa merekalah yang akan selalu membuat perjalananmu penuh berkah. Jika rasa rindu tengah menderamu, maka berdoalah pada yang maha pemilik rindu, sampaikan padanya tentang kerinduanmu agar hatimu tenang.
Kakakmu ini mengenalmu sebagai anak yang penurut, dan kamu tidak pernah macam-macam, kecuali beberapa kali membuat hawatir Ibuk karena pulang terlambat dari sekolah gara-gara main. Atau ketika kau mengganggu adek kita yang asyik bermain, yang membuat Ibuk menegur keras karena suara kalian yang membuat ribut dan kalian yang membuat rumah berantakan. Namun urusan sekolah kamu adalah anak yang luar biasa penurut. Jadi kakakmu ini yakin kau akan dapat membuat Ibuk dan Bapak bangga dan bahagia.
Percayalah ini adalah baru sebagian kecil dari perjalanan yang harus kau lalui, baru sebagian anak tangga yang harus kau tapaki. Sesungguhnya hidup ini adalah perjalanan, ada tempat yang lebih hakiki yang akan didatangi, maka bersiaplah. Tetap lakukan yang terbaik. Kejar cita-citamu, impianmu dan ukir prestasi terbaikmu.
Kami menyayangimu.
Monday, July 14, 2014
Book Review: Kukila
Penulis : M. Aan Mansyur
Halaman : 184 Hal.
Penerbit : Gramedia Pustaka
Kukila, terdengar seperti nama seorang gadis. Memang begitulah adanya kukila adalah nama seorang gadis di dalam salah satu cerita di buku ini. Kukila menjadi judul buku ini karena Kukila merupakan cerita utama yang lebih panjang dari cerita-cerita lainnya di buku ini. Sejatinya buku ini adalah buku kumpulan-kumpulan cerita.
Saya mengenal M. Aan Mansyur berawal dari aktifitas saya di twitter yang memfollow akun twitternya @hurufkecil. Di twitternya ia kerap kali ngetweet kalimat-kalimat romantis, celetukan, sindiran atau apapun, namun selalu terasa romantis. Hal ini juga diungkapkan seorang teman yang mengatakan bahwa ia adalah pria romantis, karena ternyata teman saya adalah adik tingkatnya di kampus dulu dan aktif di satu komunitas di Makassar.
Kukila adalah buku pertama Aan yang saya baca, padahal buku Aan sudah banyak, entah itu kumpulan cerita-cerita ataupun novel. Saya menyukai tulisan-tulisan Aan di buku ini, terasa sangat real, saya merasa Aan banyak menceritakan dirinya sendiri dalam buku ini. Dalam cerita-cerita di buku ini ia menuliskan hal-hal tentang cinta, patah hati, kehilangan, dan rindu. Ada satu cerita yang membuat saya merasa sedih yakni di cerita yang berjudul " Setia adalah Pekerjaan yang Baik". Di cerita itu Aan menceritakan tentang ayahnya yang telah lama meninggalkan keluraganya, namun ibunya tetap setia menunggu. Saya tidak menyangka kehidupan Aan seperti itu.
Aan menulis hal-hal yang tidak jauh-jauh dari urusan hati. Ia menulis dengan menyelipkan syair-syair dan seperti puisi, mungkin memang sudah menjadi jiwanya. Aan menulis dengan mengalir dan terselip kenakalan-kenalakan tersendiri di dalamnya.
Setelah memulai dengan buku ini, saya ingin membaca buku-buku Aan yang lain.
Saturday, July 12, 2014
Book Review: Corat-Coret Di Toilet
Judul : Corat-Coret Di Toilet
Penulis : Eka Kurniawan
Halaman : 121 Hal.
Penerbit : Gramedia Pustaka
Saya membeli dan membaca buku ini tanpa rencana. Kadang dari rumah kita memiliki keinginan untuk membeli buku yang telah kita rencanakan jika ke toko buku, namun sesampainya di toko buku malah membeli buku yang lain. Itulah yang terjadi pada saya, saya berniat mencari buku yang lain tapi pulang dengan membawa tiga buah buku berbeda, dan salah satunya buku Corat-Coret Di Toilet ini.
Ini pertama kalinya saya membaca buku Eka Kurniawan. Maafkan saya. Saya tahu Eka Kurniawan dari blognya (ekakurniawan.com) setelah tiba-tiba nyasar kesana. Dia seorang penulis, tulisan-tulisan di blognya banyak tentang buku-buku dan sastra. Dari tulisan-tulisannya di blog saya sudah suka dengan gaya menulisnya, lalu muncul keinginan untuk membaca bukunya. Namun keinginan tersebut selalu terkendala dengan hal-hal lain.
Buku ini telah diterbitkan pertama kali di tahun 2000, dengan judul yang sama diterbitkan kembali di tahun 2014 ini. Buku ini merupakan kumpulan cerita-cerita pendek yang kebanyakan membahas tentang masalah-masalah sosial dan politik. Tidak mengherankan memang karena Eka menulis cerita-cerita tersebut di tahun-tahun yang penuh pergolakan politik (1999-2000).
Gaya menulis Eka segar dan tidak melodramatik, menggelitik pikiran, membuat tersenyum dan membuat cemberut pada satu waktu. Dia banyak menyampaikan protes-protes melalui cerita-ceritanya. Mengangkat persoalan-persoalan sosial di dalamnya. Cerita-cerita di dalamnya juga banyak memberikan unsur-unsur komedi, menghibur namun mengena.
Protes politik yang paling terlihat itu ada di dalam cerita yang berjudul "Corat-Coret Di Toilet". Cerita ini menceritakan tentang tulisan berantai yang tercipta di toilet, yang berawal dari keisengan salah satu mahasiswa yang sedang melakukan hajatnya di toilet. Tulisan tersebut kemudian disambung oleh mahasiswa-mahasiswa lain yang ke toilet tersebut. Tulisan-tulisan tersebut bermacam-macam, berisi kalimat-kalimat protes atas pemerintahan, kalimat-kalimat provokatif, sampai kalimat-kalimat aneh macam "Mau kencan denganku? Jemput di hotel". Salah satu kalimat yang paling menohok sebagai protes adalah
"Aku tak percaya bapak-bapak anggota dewan, aku lebih percaya kepada dinding toilet"
Saya mikir sekaligus senyum membaca cerita ini, mengingat tulisan-tulisan macam ini masih banyak sampai sekarang, di dinding-dinding pagar, dinding rumah tak berpenghuni dan di toilet.
Satu lagi cerita yang berkesan buat saya yaitu cerita terakhir di buku ini yaitu "Kandang Babi". Di cerita ini Eka berhasil mengangkat sebuah fenomena sosial yang terlihat remeh namun ternyata setelah membaca cerita ini meyakinkan saya bahwa hal tersebut dapat menjadi sebuah masalah sosial. Cerita ini menceritakan tentang seorang mahasiswa yang tidak serius kuliah, sudah belasan semester ia jalani di kampus. Tidak kunjung lulus. Dan mahasiswa itu menjadikan bekas gudang penyimpanan yang ia sebut seperti kandang babi sebagai markasnya, alias tempat tidurnya, pasalnya gratis. Ternyata di kampus bukan hanya dia yang melakukan hal tersebut, banyak lagi mahasiswa lain yang melakukan hal serupa di fakultas-fakultas lain di kampusnya. Suatu ketika ia terusir dari tempat yang ia sangka akan menjadi miliknya selamanya. Iapun bingung mencari tempat tinggal, pulang tak mungkin, karena ia sudah terlanjur malu.
Fenomena tersebut memang sampai sekarang masih banyak terjadi. Banyak mahasiswa yang menjadikan ruangan-ruangan kosong di kampus sebagai tempat tidur mereka, tentu secara diam-diam, gratisnyalah yang mereka cari. Ini bisa menjadi masalah di kampus, masalah sosial.
Saya menghabiskan buku ini dalam waktu dua jam, sambil menunggu mood yang baik datang untuk mengerjakan rencana penelitian.
Saya berencana membaca buku Eka yang lain, terutama novel-novelnya, "Cantik Itu Luka" dan "Seperti Dendam, Rindu Harus Di Bayar Tuntas"
Selamat Membaca
Wednesday, July 9, 2014
Selamat Pagi, Cinta
Apa menurutmu ini masih pagi? atau sudah siang?
Masihkah kau malu-malu, cinta
Semalam setelah banyak malam tanpa mimpi tentangmu, tiba-tiba kau hadir saja
Kau muncul dengan wajah yang bertanya, mengapa aku menghilang,
mengapa aku tidak pernah menanyakan kabarmu lagi
Semalam aku ingin menjawabmu dengan kata-kata, bukan hanya dengan ekspresi wajah seperti yang selalu kau lakukan
Semalam aku ingin katakan alasannya, atau mungkin aku memang tidak memiliki alasan apapun, aku tidak punya alasan apapun untuk mendekat atau menjauh darimu
Tapi tetap saja aku kelu di depanmu
Selamat Pagi, Cinta
For Gaza
Apa yang ada di benak kita ketika kita malah hanya sibuk meributkan piala dunia atau pemilihan presiden
Apa kita sudah tidak punya rasa kemanusiaan? kita tidak perlu harus menganut agama tertentu untuk saling peduli pada sesama manusia
Mengapa semakin hari manusia menjadi semakin serakah sampai saling membunuhpun jadi pekerjaan kecil demi tujuan tercapai
Oh..Tuhan bagaimana ini, ketika saudara-saudara kami yang jauh disana dibantai habis-habisan tanpa bisa melawan sedangkan kami hanya sibuk dengan urusan kami sendiri
Kakiku sendiri belum bisa sampai disana, hanyalah doa yang kupanjatkan padaMu agar engkau melimpahkan segala rahmatmu kepada mereka
Engkau pasti tahu mereka akan kuat menjalani itu, ada hadiah surga untuk mereka
Engkau pasti sangat menyayangi mereka
Di Ramdhanmu yang penuh berkah ini berikanlah mereka kekuatan untuk ujianmu ini, atau mungkin ini adalah hadiahmu untuk mereka, karena kasih sayangmu
Ini Ramdhanmu, terimalah mereka di sisimu
Sunday, July 6, 2014
Sajak Apa Kabar?
Apa kabar Ibuk?
Kakak kangen nih,
semakin kangen karena sore tadi ibuk menelpon katanya mau masak buat buka puasa tapi mau mendengar suara kami dulu yang ada di Jogja...
aah...Ibuk, selalu bisa bikin speechless
Apa kabar Bapak?
Kakak juga kangen,
kangen buka bareng dengan sambal khas buatan bapak,
tunggu kami pulang ya
Apa kabar Adek?
Adek-adek jagoanku,
kakak juga kangen kalian,
Apa kabar Bonn Klasse?
Kangen belajar bahasa Jerman bareng,
tidak sabar dengan jadwal kelas setelah lebaran
Apa kabar Geoinvoice?
Sekarang mencar-mencar ya,
sibuk sama rencana penelitian masing-masing
Apa kabar Lendang Nangka?
Kangen kampung halaman,
apalagi suasana Ramadhannya,
Apa kabar kamu?
Semoga sehat ya