Aku ingat waktu itu kau anak yang baru pindah di sekolah kami, di kelasku. Seorang pria kecil yang berperawakan tinggi dengan rambut hitam lebat dan kulit sawo matang. Aku agaknya sedikit lupa bagaimana kau memperkenalkan diri waktu itu di kelas, namun kita akhirnya berteman.
Kau ternyata mudah bergaul, langsung akrab dengan teman-teman baru, di sekolah barumu. Kau mudah tersenyum, tidak pilih-pilih dalam berteman, mudah membantu teman yang kesulitan, anak yang sopan dan baik. Kau jadi kesayangan teman-teman dan guru-guru karenanya.
Hari-hari berganti bulan, bulan berganti tahun ternyata kau tumbuh mengesankan di sekolah. Kau ternyata anak yang pintar. Nilai ulanganmu selalu di atas rata-rata, kau pintar sekali pada pelajaran hitung-hitungan. Padahal aku lihat kau kadang tidak mencatat pelajaran dengan baik, tidak punya buku catatan malah. Aku penasaran bagaimana cara kau belajar. Well…sejak itu aku jadi lebih rajin, agar tak kalah darimu. Tapi aku senang karena ada yang membuat aku lebih rajin dan aku anggap sebagai saingan untuk hal yang positif, walau mungkin kau tidak memikirkannya sama sekali.
Tahun-tahun berlalu, sekolah kita naik tingkat, sudah tidak merah putih lagi. Karena lingkungan kita sama, kita masuk sekolah yang sama. Kau tetap, masih pintar. Kau semakin menunjukkan bakatmu di pelajaran hitung-hitungan. Semua teman-teman tahu kau ahli dalam hal hitung-hitungan. Aku iri, kau begitu cepat mengerti pelajaran berhitung dibandingkan aku yang butuh waktu sedikit lebih lama darimu untuk memahami suatu hitungan. Jadi aku butuh waktu lebih banyak dan menjadikanku lebih rajin.
Saat itu walau sudah berstatus teman selama bertahun-tahun aku hanya sedikit tahu tentang latar belakang keluargamu. Melihatmu selalu bermain penuh semangat bersama teman-temanmu, selalu tampak ceria di sekolah, kecuali saat rasa tidak enak badan menghampirimu sesekali, aku pikir hidupmu baik-baik saja.
Kita jarang bertegur sapa semenjak peristiwa itu. Mungkin karena rasa malu yang teramat sangat atau kesibukan belajar. Yaa..ku pikir itu peristiwa yang lucu, kalau di kenang masa sekarang, hahaha…Aku sempat berpikir, mencari cara supaya bisa akrab lagi karena aku ingin kita bisa belajar bersama, kau itu partner diskusi yang hebat.
Tahun-tahun kembali terlewati. Seragam sekolah kita berubah lagi. Kita kembali di satu sekolah yang sama. Kabar baiknya, kita bisa jadi teman akrab disini.Mungkin karena sudah saatnya berubah dengan pemikiran-pemikiran yang lebih matang dari sebelumnya, membuat kita lebih bisa membuka diri.Sampai pada tahun terakhir untuk menghadapi ujian nasional kita berada di satu kelompok belajar, ini adalah idemu untuk membentuk kelompok belajar, kau bilang daripada keluyuran enggak jelas lebih baik buat kelompok belajar untuk diskusi bersama. Aku senang, merasa beruntung punya teman yang mengajak kepada hal yang baik, karena di luar sana banyak kita lihat teman-teman yang lain lebih memilih membentuk kelompok-kelompok hanya untuk bermain-main. Kelompok belajar kita terdiri dari empat orang, kita berbagi materi untuk dibahas bersama dan tentu saja kau jadi tutor kami pada materi yang ada hitung-hitungannya. Ini salah satu kegiatan yang mengasyikkan.
Bulan-bulan yang kita lewati untuk persiapan ujian kita lalui dengan belajar kelompok. Sesekali disela-sela belajar kita mengutarakan keluh kesah, berbagi cerita. Disini banyak terungkap kisah-kisah yang sebelumnya tidak kuketahui tentang kalian bertiga, terutama kau. Rasanya mengharu biru mendengarmu sesekali bercerita tentang keluarga, kehidupan masa kecil yang tak sepenuhnya ceria. Namun rasanya melihatmu sekarang, hal itulah yang membuatmu kuat karena kau sanggup melewatinya. Kau tumbuh dengan pemahaman yang baik.
Hal yang sangat menggembirakan, hasil belajar kita tidak sia-sia. Kita semua lulus ujian dengan nilai yang bagus.
Saatnya melepas seragam sekolah. Namun ternyata kau memilih sekolah yang berseragam lagi. Waktu itu aku benar-benar turut bahagia untukmu ketika kau dengan rona bahagia yang tidak dapat disembunyikan datang memberitahuku bahwa kau lulus masuk sekolah itu. Itu hal yang membanggakan sampai pada akhirnyapun kau mencetak namamu dengan gemilang disana.
Orang-orang datang dan pergi. Banyak kejadian yang telah dilewati bersama orang-orang sekitar kita. Kejadian yang bisa kita duga sebelumnya ataupun kejadian yang sama sekali tidak bisa kita duga sebelumnya. Namun itu semua sama-sama telah memperkaya warna-warni dikehidupan kita.
Dari diskusi kita beberapa waktu terakhir, semakin banyak yang membuatku senang memiliki teman sepertimu. Pengetahuanmu yang semakin luas, karena kau lebih banyak bertemu orang-orang dari latar belakang yang berbeda, lebih dulu mengunjungi tempat-tempat yang belum pernah ku datangi. Tetapi ada saatnya juga aku kecewa terhadapmu. Namun bukankah itu hal yang normal di dalam suatu hubungan pertemanan?
Aku tahu satu hal yang sangat susah kau lakukan adalah membaca, membaca buku. Kau bilang selalu terserang kantuk tiap kali mulai membaca sebuah buku. Maka dari itu kau tidak pernah berhasil menghabiskan membaca sebuah buku. Jadi berdiskusi tentang buku denganmu susah untuk dilakukan. Aku harap suatu saat kau akan mulai gemar membaca buku, dan kita dapat berdiskusi tentang buku favorit.
Tuhan membayar semua kesusahan yang pernah kau lalui dengan kecerdasan yang kau miliki, fisik yang kuat dan sehat, jiwa yang lebih lapang , pikiran yang selalu terbuka untuk terus mau belajar dan kesempatan-kesempatan yang ada didekatmu.
Semoga pemahaman yang kau dapatkan semakin baik dari hari ke hari.