Sunday, June 14, 2015

Inspirasi Dari Seorang Vulkanolog

The Beautiful Rinjani 
Hari jumat lalu ada sebuah acara kuliah umum yang diselenggarakan oleh program studi geofisika dengan guest lecture Dr. Ir. Surono, M.Sc. Bagi kalangan yang menggeluti bidang geofisika, vulkanologi, geologi, geografi atau kebencanaan pasti tahu siapa bapak ini. Kalau belum tahu juga, silahkan ketik namanya di google. Baiklah….menurut saya, hari itu adalah kesempatan yang luar biasa, kapan lagi bisa bertemu bapak yang satu ini. Sosok yang seringkali muncul di televisi ketika gunungapi meletus. Hari itu ia berbagi pengalaman dan motivasi untuk para mahasiswa. Ia memberikan materi tentang Pengelolaan Gunungapi Di Indonesia.

Banyak yang mengira kalau ia adalah seorang lulusan geologi karena ia mengepalai Badan Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Namun ternyata ia adalah lulusan fisika, fisika bumi, kerennya geofisika. Karena beliau bekerja di bidang yang berhubungan dengan geologi maka mau tidak mau juga harus belajar tentang geologi.

Pak Surono memulai materi dengan mengingatkan kita bahwa Negeri tercinta kita ini merupakan Negeri yang memiliki paling banyak gunungapi di dunia. Itu artinya bahwa sumber bencana sekaligus sumber energi ada di tanah kita ini. Bencana gunungapi meletus tak bisa kita hindari, namun di satu sisi gunung-gunung tersebut menyediakan sumber energi panasbumi (geothermal). Seharusnya, dari kedua hal tersebut Indonesia bisa punya “brand” unggulan. Menjadi brand dalam hal panasbumi dan gunungapi. Pengolahan energi panasbumi dan teknologinya, penelitian-penelitian tentang gunungapi serta pengelolaan bencana yang terstruktur dengan baik dapat menjadi andalan Indonesia. Namun, energi panasbumi yang belum dikelola secara serius (karena masih saja ribut soal migas) dan pengelolaan bencana yang belum sepenuhnya berjalan sesuai harapan membuat Indonesia masih jauh dari brand tersebut.

Hampir 4 juta penduduk Indonesia tinggal di wilayah rawan bencana, termasuk rawan bencana gunungapi. Kenyataan ini seharusnya kita menjadi lebih bersemangat untuk belajar tentang gunungapi. Pak Surono berpegangan pada kalimat yang pernah disampaikan Peter Drucker “What gets measured gets managed”, sesuatu yang bisa kita ukur maka bisa kita manage. Saya rasa hal ini berlaku untuk banyak hal di dunia ini. Geofisika adalah salah satu ilmu yang bisa digunakan untuk mengukur gunungapi sehingga kita dapat merumuskan aturan untuk mengelola gunungapi. Sifat fisis gunungapi berupa tiga energi utama yaitu energi kinetik (seismisitas), energi thermal (naik turun suhu), dan energi potensial (perpindahan batuan/massa) dapat kita ukur. Disinilah tugas para mahasiswa geofisika khususnya, untuk terus belajar agar memiliki jembatan yang kuat untuk mengelola gunungapi di masa depan.

Dalam hal manajemen bencana, susunan strategi yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: (1) Pengamatan & Penelitian, (2) Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB), (3) Sosialisasi & Koordinasi, dan (4) Tanggap Darurat. Pengamatan dan penelitian jelas merupakan langkah awal yang harus dilakukan karena kita harus bisa mengidentifikasi ancaman bahaya yang mungkin muncul. Kemudian membuat peta kawasan rawan bencana, peta ini dibuat bukanlah untuk menakut-nakuti masyarakat namun untuk keperluan penataan ruang dan meningkatkan kewaspadaan masyarakat. Hal selanjutnya yang harus dilakukan tentu saja sosialisasi dan koordinasi kepada semua lapisan masyarakat dan pemerintahan. Salah satu tantangan dalam sosialisasi adalah bagaimana menyampaikan sesuatu yang sulit dengan mudah kepada masyarakat awam agar mereka paham. Karena terkadang kebanyakan dari kita mengerti banyak hal yang rumit namun gagal menjelaskan secara mudah kepada orang lain. Langkah terakhir adalah melakukan tanggap darurat.

Saya percaya bahwa menjadi kepala badan yang mengurusi gunungapi pasti menciptakan pressure yang sangat tinggi. Ketika terjadi letusan gunungapi semua pihak menuntut keputusannya, menuntut penjelasan darinya dalam waktu yang singkat. Kecepatan dan keberanian sangat diperlukan dalam setiap keputusannya. Maka begitulah sosok pemimpin, seperti yang ia sampaikan bahwa seorang pemimpin harus bekerja cerdas, bekerja cepat, berani dan punya mimpi. Namun jangan lupa bahwa itu semua harus diimbangi dengan hati, jangan hanya mengandalkan otak agar tidak sombong, ungkapnya.

Pesan yang ia sampaikan kepada para mahasiswa adalah teruslah belajar dengan konsisten dan lakukan yang terbaik. Amalkan ilmu yang kalian punya dengan sebaik-baiknya, demi kemaslahatan umat, untuk memecahkan permasalahan bangsa. Jangan hanya mencari pekerjaan yang cepat naik pangkatnya. Karena Tuhan tidak akan pernah salah menilai, ia adil seadil-adilnya. Ciptakan brand untuk Indonesia. Sebuah brand yang diperoleh dari kepercayaan yang diraih, respek yang diberikan dan kesetiaan yang dibuktikan.

Sekian catatan singkat kuliah umum bersama pak Surono, semoga bermanfaat. Terima Kasih Pak telah menginspirasi dan berbagi ilmu :))

9 comments:

  1. Sewaktu kuliah, kebetulan pernah menghadiri seminar kebencanaan yang narasumbernya Beliau. Setuju kalo Beliau sosok yang menginspirasi.

    ReplyDelete
  2. kuliah dimana mas?

    yups...bener banget, pak Surono sangat menginspirasi.

    ReplyDelete
  3. angkatan?


    teman kuliah saya yang sekarang juga ada yang dari geografi UI angkatan 2004 dan 2008

    ReplyDelete
  4. Angkatan 2006. Siapa nama temennya yg 2004 sama 2008? Mbaknya geografi juga kah?

    ReplyDelete
  5. yang 2004 namanya Astisiasari, yang 2008 namanya Dwiyanti Kusumaningrum, saya dulu geofisika mas

    ReplyDelete
  6. Kalo dwiyanti, kenal kok, mbak asti yg lupa2 inget. Ooo geofisika ya, berkaitan sama geologi, geografi, dan sejenisnya... salam kenal ya

    ReplyDelete
  7. yang paling penting berkaitan dengan fisika mas ..hehe

    Owh kenal Dwi, dia teman baik saya di kelas

    Yups...salam kenal mas Anggik

    ReplyDelete
  8. Ulasannya bagus mbak ditengah kondisi Lombok hari ini. Makasi yaa nambah wawasan

    ReplyDelete