Tuesday, December 21, 2021

Terlahir Menjadi Ibu


I'll be honest and it sounds cliche, but I don't miss the life that I had before you got here. I miss the free time, I miss being able to sleep longer than three hours. But I don't miss who I was. You don't have to have a child in this life to feel complete. But when a child is born, so is a mother. And I let motherhood wash over me in warm waves. It was like someone cut out my heart and placed it on my chest the first time I saw you. You are perfect. And even on those long, sleepless nights of spit up and diaper changes and crying - both of us. I hope you know that you're perfect for me, and maybe I'm perfect for you <3 ~ Katya and her brother in my tummy :*

Setelah menjadi Ibu yang paling terasa berbeda adalah berkurangnya jam tidur dan kemampuan saya dalam melakukan apapun dengan cepat. Apalagi untuk uruasan domestik. Memaksimalkan food preparation, makan dan mandi dengan cepat. Memikirkan apa apa yang harus dikerjakan besok di malam sebelumnya, sampai memperhitungkan segala kemungkinan yang ada jika akan bepergian atau melakukan sesuatu. 

Saya juga amazed dengan kekuatan yang saya miliki setelah menjadi Ibu. Ternyata saya kuat melewati operasi melahirkan, ternyata kuat melewati perihnya belajar menyusui, ternyata kuat melewati malam malam panjang kurang tidur. Dan ternyata saya tidak menyerah. Terus maju sampai detik ini. 

Meskipun setiap inci dari hidup saya berubah sejak menjadi Ibu, saya tidak pernah merindukan diri saya yang dulu sebelum jadi Ibu. Saya merasa masih menjadi orang yang sama. Saya masih menjadi orang yang mudah tertawa dan menangis, masih jadi orang yang menyukai keteraturan, masih menjadi orang yang suka novel romance, masih punya cita cita sekolah lagi ke luar negeri, masih cerewet dan senang bercerita. Hanya saja dengan kelahiran Katya, sayapun terlahir menjadi Ibu. Lalu predikat saya bertambah. Yang juga membuat saya harus mempertimbangkan banyak hal ketika membuat keputusan. Tentu saja karena ada seseorang yang bergantung hidupnya pada saya. 

Baca Juga: Kehamilan Kedua

Saya tidak menyangka dapat terlahir menjadi Ibu. Allah berbaik hati memberikan pengalaman ini pada saya. Membesarkan anak anak. Dilimpahkan tanggung jawab super besar yang tidak ada buku panduannya. Yang harus dijalani dengan banyak belajar, learning by doing. Semoga saya terus dimampukan. 

Tidak bisa dipungkiri kalau ada saat saat saya merasa lelah, kesal, sedih, kecewa, marah, perasaan campur aduk dalam proses hampir dua tahun ini. Ketika menemukan hal hal di luar ekspektasi, atau karena ekspektasi saya yang terlalu tinggi. Tapi sepertinya perasaan perasaan itu memang harus diterima dan dirasakan. Lebih baik begitu dariapada dipendam. Karena itu adalah hal normal, manusiawi. Meski setelahnya jangan lupa untuk back to the track, on track lagi untuk berpikir jernih dan melanjutkan kehidupan. 

Katya membuat saya belajar banyak hal. Bahwa kita bisa mencintai tanpa pamrih, bisa tetap berlaku penuh kasih, belajar sabar, belajar menjadi kuat, berkompromi, berempati, dan masih banyak lagi yang lainnya. Katya membuat saya belajar secara langsung, juga memaksa saya untuk belajar. Hampir dua tahun saja pelajaran yang saya dapatkan segini banyak, apalagi bertahun tahun berikutnya. Waw.

Meskipun hidup saya kini dikit dikit buat anak, tapi tetap saja rasanya tidak merana. Saya merasa punya tujuan yang lebih jelas dalam hidup. Saya jadi lebih mampu mendeskripsikan goals yang ingin saya capai, baik untuk diri sendiri, anak anak, dan keluarga kami. 


Saya memanjatkan doa yang lebih panjang di akhir sholat. Semoga anak anak saya selalu sehat, selalu dalam lindungan Allah. Menjadi hamba Allah yang kuat dan cerdas. Menjadi anak anak yang bahagia, percaya diri dan penuh cinta kasih. 

Katya, terimakasih telah membuat Ibu menjadi Ibu. Juga terimakasih untuk Ibuk yang sudah melahirkan dan membesarkan saya hingga kini saya juga menjadi seorang Ibu. Ibuk memang tiada bandingannya. 

Selamat Hari Ibu :))

No comments:

Post a Comment