Apalah arti
lidah yang pendek ini, tidak akan mampu menceritakan bagaimana jasa seorang ibu
terhadap anak-anaknya. Seorang ibu yang mengandung, melahirkan, kemudian
membesarkan anak-anaknya. Ibu yang menjadi sandaran bagi anak- anaknya.
Menjadi orang yang paling mengerti akan anak-anaknya. Menjadi pelipur lara dan
pendukung nomor satu. Bersama Bapak, Ibu menjadi support system terbaik bagi
anak-anaknya.
Ibukku
Sayang
Ibuk, seorang
perempuan sederhana yang hidup dengan kesederhanaan. Seorang yang punya tekad
kuat akan pendidikan. Hal itulah yang membuat ia seperti sekarang. Dan itu pula
yang membuat kami anak-anaknya dapat sekolah dengan baik. Bagi Ibuk pendidikan
adalah nomor satu, hal terbaik yang bisa ia berikan kepada anak-anaknya. Hanya
ilmu yang bisa Ibuk dan Bapak wariskan, katanya. Ibuk memberikan contoh dalam
perilaku sehari-harinya. Menjadi bagian dari pembelajaran yang ia berikan
kepada kami.
Hubungan saya
dan Ibuk sangatlah dekat. Ketika belum menikah kami jadi partner jalan-jalan,
partner shopping sampai partner masak di dapur. Ibuk selalu suka jika saya
mengantarnya berbelanja dibandingkan dengan Bapak. Dan saya jelas suka,
sekalian kan bisa dapat traktiran…haha. Semakin kami besar, kami seperti teman
saja, menjadi tempat bercerita satu sama lain, tempat meminta saran dan kritik.
Sosok Ibuk
tidak hanya membekali saya dengan pendidikan sekolah yang baik tapi juga
membekali saya dengan ilmu rumah tangga. Ia tak hanya menyiapkan saya untuk
berkarir tapi juga menyiapkan saya menjadi seorang istri dan seorang ibu. Saya
rasa Ibuk adalah guru saya sepanjang masa. Saya sangat berterima kasih untuk
itu.
Ibu
Mertuaku Sayang
Setelah
menikah tentu saja saya jadi punya dua orang Ibu. Ia adalah Ibu mertua yang
wajahnya hanya bisa saya lihat di lembar foto. Ibu mertua saya sudah meninggal,
jauh sebelum saya menikah dengan pak suami. Kini, Ibu mertua tentu saja menjadi
salah satu orang spesial saya karena ia adalah Ibu dari pak suami, orang yang
saya sayangi. Maka sudah selayaknya saya juga menyayangi Ibu mertua.
Ketika lebaran
tahun ini pak suami mengajak saya nyekar ke makam ibu mertua. Saya deg-degan
kala itu. Seperti orang yang akan berkenalan dengan calon mertua untuk pertama
kalinya. Sampai di depan makam pak suami memperkenalkan saya dan bilang, “Assalamualaikum
Ibu, ini menantu Ibu”. Dan saya, saya hanya bisa sesenggukan, tak bisa
berkata-kata. Pak suami memeluk saya. Air mata saya semakin mengalir sedang pak
suami menangis tanpa suara. Itu adalah salah satu momen mengharukan buat saya.
Pikiran saya penuh dengan lembaran-lembaran bayangan kenangan. Saya mereka-reka
bagaimana kehidupan pak suami dan saudara-saudaranya tanpa ibu.
Bersyukurlah
bagi yang memiliki ibu mertua. Asyik banget yang bisa punya dua ibu, bisa
mengandalkan ibu mertua di berbagai situasi. Ibu yang akan menyayangimu seperti
anaknya sendiri. Kadang, saya membayangkan apakah Ibu mertua senang memiliki
menantu seperti saya. Penasaran bagaimana pendapatnya tentang saya.
Saya ingin
berterima kasih pada Ibu mertua karena sudah melahirkan dan membesarkan anak
seperti pak suami. Kelembutan dan kesabaran yang dimiliki pak suami sepertinya
turun dari Ibu mertua. Hingga kini, tentu saja Ibu mertua tetap menjadi permata
hati dan kebanggaan anak-anaknya.
Selamat
Hari Ibu, Ibu
Semoga saya
bukan termasuk anak yang latah, yang hanya ikut-ikutan mengucapkan selamat hari
ibu ketika Desember tiba. Tapi, saya rasa tidak ada salahnya untuk menuliskan
hal-hal baik tentang Ibu di momen hari Ibu ini. Karena rasa terima kasih saya tidak akan pernah cukup untuk membalas
apa yang telah ia berikan kepada saya.
Selamat hari
Ibu untuk para Ibuku. Semoga Ibuk selalu sehat, diberikan kelancaran dalam setiap
urusannya, dan selalu dalam lindungan Alloh SWT. Teruntuk Ibu mertua saya,
semoga ia diberikan tempat terbaik di sisi Alloh SWT, dilapangkan kuburnya, dan
diampuni segala salah dan dosanya. We love you Ibu!
No comments:
Post a Comment