Sunday, December 17, 2017

Selamat Hari Ibu, Ibu


Apalah arti lidah yang pendek ini, tidak akan mampu menceritakan bagaimana jasa seorang ibu terhadap anak-anaknya. Seorang ibu yang mengandung, melahirkan, kemudian membesarkan anak-anaknya. Ibu yang menjadi sandaran bagi anak- anaknya. Menjadi orang yang paling mengerti akan anak-anaknya. Menjadi pelipur lara dan pendukung nomor satu. Bersama Bapak, Ibu menjadi support system terbaik bagi anak-anaknya.

Ibukku Sayang

Ibuk, seorang perempuan sederhana yang hidup dengan kesederhanaan. Seorang yang punya tekad kuat akan pendidikan. Hal itulah yang membuat ia seperti sekarang. Dan itu pula yang membuat kami anak-anaknya dapat sekolah dengan baik. Bagi Ibuk pendidikan adalah nomor satu, hal terbaik yang bisa ia berikan kepada anak-anaknya. Hanya ilmu yang bisa Ibuk dan Bapak wariskan, katanya. Ibuk memberikan contoh dalam perilaku sehari-harinya. Menjadi bagian dari pembelajaran yang ia berikan kepada kami.

Hubungan saya dan Ibuk sangatlah dekat. Ketika belum menikah kami jadi partner jalan-jalan, partner shopping sampai partner masak di dapur. Ibuk selalu suka jika saya mengantarnya berbelanja dibandingkan dengan Bapak. Dan saya jelas suka, sekalian kan bisa dapat traktiran…haha. Semakin kami besar, kami seperti teman saja, menjadi tempat bercerita satu sama lain, tempat meminta saran dan kritik.

Sosok Ibuk tidak hanya membekali saya dengan pendidikan sekolah yang baik tapi juga membekali saya dengan ilmu rumah tangga. Ia tak hanya menyiapkan saya untuk berkarir tapi juga menyiapkan saya menjadi seorang istri dan seorang ibu. Saya rasa Ibuk adalah guru saya sepanjang masa. Saya sangat berterima kasih untuk itu.

Ibu Mertuaku Sayang

Setelah menikah tentu saja saya jadi punya dua orang Ibu. Ia adalah Ibu mertua yang wajahnya hanya bisa saya lihat di lembar foto. Ibu mertua saya sudah meninggal, jauh sebelum saya menikah dengan pak suami. Kini, Ibu mertua tentu saja menjadi salah satu orang spesial saya karena ia adalah Ibu dari pak suami, orang yang saya sayangi. Maka sudah selayaknya saya juga menyayangi Ibu mertua.

Ketika lebaran tahun ini pak suami mengajak saya nyekar ke makam ibu mertua. Saya deg-degan kala itu. Seperti orang yang akan berkenalan dengan calon mertua untuk pertama kalinya. Sampai di depan makam pak suami memperkenalkan saya dan bilang, “Assalamualaikum Ibu, ini menantu Ibu”. Dan saya, saya hanya bisa sesenggukan, tak bisa berkata-kata. Pak suami memeluk saya. Air mata saya semakin mengalir sedang pak suami menangis tanpa suara. Itu adalah salah satu momen mengharukan buat saya. Pikiran saya penuh dengan lembaran-lembaran bayangan kenangan. Saya mereka-reka bagaimana kehidupan pak suami dan saudara-saudaranya tanpa ibu.

Bersyukurlah bagi yang memiliki ibu mertua. Asyik banget yang bisa punya dua ibu, bisa mengandalkan ibu mertua di berbagai situasi. Ibu yang akan menyayangimu seperti anaknya sendiri. Kadang, saya membayangkan apakah Ibu mertua senang memiliki menantu seperti saya. Penasaran bagaimana pendapatnya tentang saya.

Saya ingin berterima kasih pada Ibu mertua karena sudah melahirkan dan membesarkan anak seperti pak suami. Kelembutan dan kesabaran yang dimiliki pak suami sepertinya turun dari Ibu mertua. Hingga kini, tentu saja Ibu mertua tetap menjadi permata hati dan kebanggaan anak-anaknya.

Selamat Hari Ibu, Ibu

Semoga saya bukan termasuk anak yang latah, yang hanya ikut-ikutan mengucapkan selamat hari ibu ketika Desember tiba. Tapi, saya rasa tidak ada salahnya untuk menuliskan hal-hal baik tentang Ibu  di momen hari Ibu ini. Karena rasa terima kasih saya tidak akan pernah cukup untuk membalas apa yang telah ia berikan kepada saya.

Selamat hari Ibu untuk para Ibuku. Semoga Ibuk selalu sehat, diberikan kelancaran dalam setiap urusannya, dan selalu dalam lindungan Alloh SWT. Teruntuk Ibu mertua saya, semoga ia diberikan tempat terbaik di sisi Alloh SWT, dilapangkan kuburnya, dan diampuni segala salah dan dosanya. We love you Ibu!



No comments:

Post a Comment