Kopi darat diisi dengan sedikit ngobrol-ngobrol tentang pertambangan Newmont Nusa Tenggara. Disampaikan oleh pak Rubi dari divisi komunikasi, pak Ruli dari divisi lingkungan hidup, pak Jarot dari divisi CSR, dan pengalaman bootcamp batch sebelumnya yang disampaikan Subhan dan mas Danang. Mendengar cerita mereka membuat saya semakin penasaran dan excited.
Setelah makan siang dan sholat tibalah waktu bagi kamu untuk melakukan perjalanan dari Mataram menuju pelabuhan Kayangan. Sesampainya kami di Kayangan kami bertemu dengan teman-teman dari Jakarta yang sudah menunggu di sana. Semakin banyak orang-orang baru yang saya temui. Kami bertukar sapa dan senyum. Kami telah resmi berteman.
*sumber foto: Kadek Dwika Yundarani
Sejak sampai di Kayanganpun banyak hal baru yang saya temukan tentang Newmont salah satunya adalah, ternyata Newmont memiliki kapal sendiri yang bertugas mengantarkan para pekerjanya dari Lombok ke Newmont dan sebaliknya. Namanya adalah kapal Tenggara Satu. Sebelum masuk ke ruang tunggu menuju tempat naik kapal, kita harus melewati pemeriksaan barang bawaan persis seperti ketika kamu mau chek in di Bandara. Semuanya berjalan dengan teratur, nggak ada ceritanya tuh desak-desakan rebutan buat naik kapal. Di Kayangan Newmont memiliki tempat khusus bagi kapal mereka dan penyebrangan ke Newmont tidaklah ke pelabuhan Poto Tano tetapi menuju Benete Port yang merupakan daerah paling dekat dengan Newmont yaitu di Kabupaten Sumbawa Barat. Naik kapal kali ini bukanlah pengalaman pertama saya, tetapi inilah pertama kalinya saya naik kapal dengan suasana yang menyenangkan, bersih dan nyaman, tidak membuat mabuk laut. Tentu saja hal ini membuat saya bisa menikmati perjalanan.
*sumber foto: Jonathan Davin
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 1,5 jam kamipun tiba di tanah Samawa. Ini bukan pertama kalinya saya ke Sumbawa tetapi ingatan saya tentang Sumbawa telah pudar, maklum ke Sumbawanya jaman masih TK….haha. Sebuah bus telah menunggu kami di pelabuhan, bersiap mengantarkan kami menuju Batu Hijau. Lokasi pertama yang kami datangi adalah Visitor Center Admin 1 di Benete. Ibaratnya, tempat ini adalah gerbang pertama yang harus dilalui sebelum menjelajah bagian batu hijau yang lain. Hal ini karena di sinilah kita mendapat briefing singkat terkait hal apa saja yang harus dilakukan selama berada di batu hijau. Menjaga keamanan dan keselamatan adalah wajib hukumnya selama berada di batu hijau. Kelalaian dalam hal tersebut bisa mendapatkan sangsi yang berat. Jadi kami diberikan peralatan safety gear yang terdiri dari vest, helmet, kacamata, dan sepatu booth buat di lapangan. By the way sepatunya agak berat dan bikin kaki lecet kalau nggak pakai kaos kaki yang tebal. Ini bagi saya sih, mungkin karena kaki saya aja yang katrok nggak biasa pakai sepatu lapangan. Jangan hawatir kalau sepatunya kegedean atau kekecilan karena bisa ditukar, tetapi selamat terima nasib bagi yang kakinya emang kecil alias imut kayak saya #eheem. Ukuran terkecil sepatu booth yang tersedia adalah 36 dan itu masih kegedean di kaki saya #yasudahlah. Tetapi sepatu ini akan benar-benar melindungi kakimu ketika berada di lapangan lho.
*maaf ya agak narsis..haha, yang motoin kakak Monika Yulando Putri
Oh ya, satu lagi perabot penting yang diberikan kepada kami yaitu ID Card. Ini adalah kartu maha penting di batu hijau. Kamu mau ngapain aja harus pakai kartu ini, mulai dari keluar masuk lokasi batu hijau sampai mau makan harus bawa kartu ini. Nggak bawa kartu ini kamu nggak bisa makan, FYI uang nggak berlaku di sini., hahaha.
*moto sendiri
Setelah dari Visitor Center kami menuju Mess tempat kami akan menginap yang berada di Townsite. Sampai di mess perhatian saya langsung tertuju pada bangunan mess yang merupakan desain bangunan tahan gempabumi. Sebagai seseorang yang pernah penelitian tentang kerentanan bangunan terhadap bahaya gempabumi saya memahami bangunan tersebut. Bangunannya dibangun mengikuti kontur tanah bukan sebaliknya, menggunakan material ringan seperti baja ringan, aliran air dan listrik dibuat se-aman mungkin, desain dengan kolom silang serta teratur secara vertikal dan horizontal diberlakukan pada bangunan tersebut. Persis sepeti dalam teori yang selama ini saya pahami #jadi flashback penelitian gini. Tidak hanya bangunan mess saja yang seperti itu, tetapi juga bangunan lain di wilayah Batu Hijau. Perencanaan bangunan dan perencanaan wilayah di area Batu Hijau dilakukan dengan sangat baik, dengan berbasis GIS membuat semuanya nyaris sempurna. Saya pribadi mengagumi hal ini. Semuanya begitu tertata dan telah dipikirkan dengan matang sebelum dilakukan.
*sumber foto: Hendra Wardhana
Jangan ditanya bagian dalamnya seperti apa, nyaman banget. Kasurnya bisa bikin langsung terlelap, hehe.
*sumber foto: Iqbal Kautsar
Yups....mata saya menangkap hal-hal baik di hari pertama. Batin saya berbisik “selamat datang di batu hijau Azmi”.
Menangkap hal2 baik di hari pertama itu termasuk ketemu "Cumilebay" yang tampan rupawan ini ngak ???? hahaha
ReplyDeleteNice writing Azmi. Pertanyaan. Ada yg tertinggal di Batu Hijau tidak ?
ReplyDeleteAkhirnya blogku dikomen blogger femes nih ...haha , makasi kunjungannya kakcum.
ReplyDeleteHatiku tertinggal di batu hijau mas Arief...haha
ReplyDeleteBatu Hijau ngangenin :")
ReplyDelete