Wednesday, October 18, 2023

Drama ART, Daycare dan Cerita Di Antaranya


Tidak terasa sudah enam bulan Khalif ke daycare setiap kali Ibu harus ke kampus. Ingat banget pertama kali ke daycare nangis kencang nggak mau ditinggal Ibu. Ibunya juga ikutan nangis dalam hati. Hati tu rasanya seperti diiris iris. Khalif senang melihat banyak teman teman kecil di daycare tapi harus ada Ibu di sampingnya. Saya temani Khalif beberapa saat di dalam daycare, temenin makan bekal dan kenalan dengan teman teman juga teachernya. Setelah itu Ibu pamit keluar daycare meskipun tahu banget Khalif nangis nyariin. 

Khalif ke daycare bukan tanpa alasan. Setelah dijagain bibik di rumah selama setahun kami memilih masukin Khalif ke daycare. Pasalnya si bibik berhenti persis sehabis lebaran, dengan alasan sudah tidak diijinkan bekerja oleh suaminya. Yah saya bisa apa, nggak bisa maksa orang yang sudah tidak mau bekerja. Walaupun dirayu rayu tetap nggak mau, ya udah. Meskipun ternyata si bibik ini tetap kerja di rumah yang berbeda tapi masih satu komplek wkwk. Alesan saja ternyata, seharusnya sih jujur aja ya kalau memang sudah bosan gitu. Biar saya juga nggak ngarep ngarep lagi. Halah curhat Buuu. Ternyata memang nggak ada gunanya berharap sama manusia. Banyak sakitnya, huhu. Sejauh ini kami tidak pernah menyulitkan siapapun yang bekerja dengan kami. Bibik yang terakhir aja sudah enak banget kerjanya karena dia sabtu minggu libur, enggak nyetrika dan nggak masak. Gajinya juga bersaing dengan tempat lain, lemburpun ada tambahannya. Semuanya sudah berjalan selama setahun, sudah nyaman. Eh tiba tiba ditinggal. Sakit tak berdarah sih...wkwk.

Lalu kenapa nggak cari bibik baru? susah nemunyaaaaa. Saya pun agak deg degan kalau harus meninggalkan anak berdua doang dengan bibik yang belum dikenal. Soalnya bibik yang sebelumnya sudah kami kenal, warga komplek juga kenal dia. Jadi paling nggak ada modal sosial yang bisa bantuin ngawasin si bibik. Nah kalau mendatangkan yang baru banget agak bikin khawatir. Kami nyarinya bibik yang pulang pergi karena belum bisa mengakomodir bibik yang menginap dan tinggal bersama. Drama ART baru saya temui akhir akhir ini. Dulu waktu jaman Katya kan pandemi jadi nggak saya tinggal keluar rumah. Perkuliahanpun online, jadi ya Katya selalu sama saya di rumah. Sempat pakai ART di tiga bulan pertama kelahiran Katya. Soalnya saya lahiran SC dan butuh bantuan, itupun sambil deg degan soalnya pandemi kaaan. ART nya bolak balik, takut Covid. Singkat cerita pakai ART lagi setelah saya hamil besar anak kedua, yang yaaah rasanya butuh bantuan banget karena hamil besar plus ngurusin Katya yang lagi aktif aktifnya. Drama lagi, beberapa kali ganti. Karena ternyata ART cuma butuh gaji sebulan doang, sering nggak masuk dengan berbagai alasan dan lain lain...sekarang mah he he in aja. 

Awal pakai ART saya agak kagok sebenarnya. Karena saya tidak pernah punya pengalaman punya ART. Ibu saya bekerja dan kami dititip di rumah nenek, meskipun bukan nenek kandung. Tinggal di kampung jadi tetangga dekat itu keluarga semua jadi banyak yang liatin. Jadi saya tidak terbiasa melihat orang asing mondar mandir di dalam rumah, atau melihat orang lain menyentuh barang barang pribadi, juga kadang jadi nggak enakan kalau mau minta tolong sama bibik...haha. Ditambah lagi saya merasa kalau hasil beberes atau bersih bersih saya masih jauh lebih oke dari hasil kerja si bibik. Saking perfeksionis dan detilnya saya soal beberes dan bersih bersih. Sampai adek saya komen "kakak mah nggak cocok rumahnya diberesin sama orang lain" karena saya punya standar sendiri. Keluarga dekat saya tahu gimana saya soal beres beres ini. Dan yaah saya berdamai dengan diri sendiri agar tenteram ygy. Jadi kalau soal ngerjain pekerjaan rumah mah cincai aja, karena saya terbiasa melakukannya sejak kecil. 

Setelah bibik berhenti, saya harus cepat cari solusi. Lalu kami, saya dan pak suami membahas soal opsi menggunakan daycare. Maka kami cari-carilah info soal daycare di Kota Mataram. Beberapa hal yang kami pertimbangkan dalam memilih daycare adalah:
  • Tempat
Gimana bangunannya, luas atau tidak, bersih atau enggak, bangunannya aman atau tidak?
  • Pengasuh
Siapa yang jadi pengasuhnya di daycare, apakah lulusan PGPAUD/PGTK, usianya, pengalamannya?. Kenalan juga sama owner daycarenya, cek backgroundnya.
  • Value
Apa value atau nilai yang ditanamkan di daycare, kegiatan hariannya seperti apa, komunikasinya gimana
  • Fasilitas
Cek fasilitas apa saja yang disediakan di daycare tersebut 
  • Keamanan
Apakah ada CCTV, gimana keamanan di komplek tempat daycare berada
  • Biaya
Berapa biayanya, apakah bisa harian/mingguan/bulanan/fullday/setengah hari, uang pendaftaran dll
  • Akses
Bagaimana akses untuk menuju daycare apakah mudah dan jelas, temasuk bagaimana jarak rumah ke daycare

Setelah menimbang beberapa hal tersebut maka kami memutuskan untuk memasukkan Khalif ke daycare yang sekarang. Awalnya tentu banyak kekhawatiran yang muncul apalagi mengingat Khalif tidak berani dengan orang yang jarang dilihat apalagi orang yang baru pertama kali ia lihat. Efek dari trauma opname di rumah sakit beberapa waktu lalu. Berbagai macam pikiran muncul, apakah dia akan betah, nangis banget atau enggak, mau makan atau enggak, tidurnya gimana, bakalan sering sakit atau enggak, sampai apakah pilihan ini baik?

Kami sepakat untuk lihat dulu deh sebulan dua bulan gimana Khalif di daycare. Sebagai orang tua tentu harus kuat dan memantapkan hati juga mengurangi rasa khawatir sebab perasaan itu apalagi perasaan ibunya terkoneksi ke anak. Bapaknya aja si yang paling lemah kalau pas anter anaknya ke daycare. Mungkin dia maunya putar balik ke rumah kali pas lihat adek nangis dilepas. 

Ternyata eh ternyata Khalif betah. Setelah diawal selalu nagis ketika dilepas, sekarang dia nyantai aja diambil teacher. Owh iya di daycare Khalif satu teacher pegang empat anak dan teachernya nggak berubah ubah jadi anaknya nggak bingung. Khalif nempel banget sama teachernya dan sudah punya bestie sekarang haha. Efeknya juga Khalif jadi jauh lebih berani dengan orang lain, lebih ceria dan suka banget bermain. Dan kalau di daycare ternyata makannya lahap wkwk. Di rumah juga Khalif seringkali menirukan apa yang dia dapatkan di daycare, menyanyi menari, gerakan sholat mengaji. Enaknya pakai daycare sih daycare ini kan selalu buka sesuai jadwal ya, nggak kaya ART yang tiba tiba ijin nggak masuk padahal kitanya harus keluar kerja...hmmm. Katya juga kadang ke daycare kalau kebetulan Ibu dan Bapaknya full di luar dan nggak ada yang bisa jemput sekolah. 

Yess, bawa Khalif ke daycare hanya ketika saya ada jadwal di luar. Kalau nggak ada jadwal ya saya nggak bawa, main di rumah sama Ibu. 

Sekarang sudah dalam posisi nyaman pakai daycare. Jadi pagi pagi tu semua anggota keluarga keluar rumah. Urusan beres beres rumah urusan belakangan. Nanti aja dikerjain kalau ada waktunya...hahaha. Saya sudah menurunkan standar dan ekspektasi saya serendah mungkin soal beres beres rumah. Ada dua balita di rumah ya nggak mungkinlah rumah rapi terus. Santai aja, rumahnya jadi lebih hidup ... wkwk. Kami sekeluarga jadi tim yang sangat hebat. Tek tokan dengan si Bapak sih yang pasti. Benar benar bikin semuanya lancar. 

Kalau ditanya mending pakai ART atau daycare untuk jaga anak. Saya nggak bisa jawanb secara pasti karena posisi dan keadaan masing masing keluarga berbeda. Pilihan ini cocok untuk keluarga kami, tapi belum tentu cocok untuk keluarga kalian. Analisis aja situasi keluarga masing masing, bikin pros and cons nya, diskusi dengan pasangan, lihat juga kesiapan anak. Ada daycare yang menerima anak mulai usia tiga bulan ada juga yang satu tahun ke atas. Lalu siapkan juga mental diri sendiri, apakah siap menerima konsekuensi yang ada atau tidak. Cek dan ricek dulu ya.

Saya setiap nganterin anak anak cuma bisa berdoa saya serahkan anak anak dalam perlindungan Allah SWT, dijauhkan dari segala marabahaya dan orang orang jahat. 

Ada sih suara suara sumbang yang bilang "kasian banget taruh di daycare". Awal denger sih kesel, tapi yaudahlah posisi saya dengan yang komen berbeda. Jadi nggak usah dibaperin. Lagian ya jangan coba coba cari masalah deh dengan julid julid begitu. Motherhood itu sudah sulit. Saya tidak ada waktu untuk mengurus netijen julid. Bye, bodo amat...wkwk. Kalau yang komentar di luar ring satu ya hempaskan saja ygy. Itu artinya dia tidak dekat denganmu.

Semoga tulisan ini bisa memberikan manfaat ya ~ Luv!

No comments:

Post a Comment