Friday, July 30, 2021

Perdebatan Perdebatan Dunia Maya dan Beratnya Menjadi Orang Tua


Di tengah derasnya arus informasi saat ini, menjadi orang tua semakin berat. Tantangan yang harus dihadapi para orang tua semakin besar. Generasi milineal macam saya ini bisa pening kepala melihat beragam info yang berseliweran di internet terkait dengan membesarkan anak. 

Apakah membesarkan anak di jaman dahulu tidak berat?

Saya rasa tetap juga berat, karena jadi orang tua sampai kapanpun tidak akan mudah. Tanggung jawabnya sungguhlah besar. Tetapi mungkin yang menyebabkan dulu para orang tua tidak terlalu pening karena tidak dipengaruhi oleh berbagai macam informasi. Tak ada internet, televisi cuma satu dua, siaran radio kadang ada kadang tidak, para nakes belum sampai ke pelosok kampung. Tak banyak juga berita berita heboh soal cara cara membesarkan anak yang menyeruak ke permukaan. Paling banter dari mulut ke mulut dan tak seberapa. Cara cara dalam membesarkan hanya berdasarkan kisah turun temurun, seperti yang dilakukan oleh para tetua sebelumnya. Dari yang masuk akal sampai yang tidak masuk akal. 

Kini, generasi saya yang sudah menjadi orang tua harus menghadapi berbagai macam info di internet. Terutama sosial media. Ada fakta yang disampaikan oleh orang orang dengan latar belakang terpercaya, namun ada juga orang orang yang dengan mudahnya menyebar berita tak benar alias hoax. Di internet pula muncul perdebatan perdebatan tak penting tentang segala macam yang berhubungan dengan anak. Istilah mom shaming pun muncul, judgement yang diberikan kepada ibu ibu yang menurut ibu ibu lain tidak melakukan yang seharusnya. Muncullah perdebatan tentang sesar Vs pervaginam, asi Vs sufor, mpasi homemade Vs mpasi fortifikasi, nanny Vs no nanny, popok Vs clodi, dan masih banyak yang lain. Dulu saya pikir ih apaan sih yang gini gini diperdebatkan tapi ternyata banyak orang yang susah payah mendebatkan hal hal yang seharusnya menjadi hak dan keputusan masing masing orang. Ini hasil iseng baca komen komen orang. Sampai mikir ini orang orang kurang kerjaan apa bagaimana. Waktunya banyak banget...wkwk.

Kenapa orang orang mudah sekali mencampuri urusan orang lain?

Sejak hamil saya rajin belajar dan cari cari info tentang kehamilan, proses melahirkan, juga menyusui. Ikut kelas persiapan menyusui sampai prenatal yoga. Karena saya tidak mau minim info dan tidak tahu menahu soal apa yang sedang dan akan saya hadapi, bukan saya banget. Harus belajar pokoknya. Namun apa daya, di hari persalinan kekuatan saya cuma sampai bukaan lima dan pada akhirnya saya secara sadar mengambil keputusan untuk SC. Perasaan saya valid, dan keputusan saya juga atas kesadaran diri sendiri. Jadi buat apa memikirkan omongan orang lain? ~ saya tidak peduli orang lain mau lahiran sesar atau pervaginam, mereka bisa memilih. Ada pertimbangan yang mereka pikirkan. 

Setelah punya anak saya jadi lebih chill, selow, tenang. Selama tidak menimpa anak saya, saya tidak akan peduli orang di luar sana seperti apa. Saya malas terlibat perdebatan perdebatan tidak penting. Apalagi soal anak. Karena saya tahu yang saya lakukan, saya mendapatkan info dari sumber terpercaya. Sayapun melakukan observasi terhadap anak saya. Dan saya punya data. Sekali dua kali tentu saya akan bertanya pada orang yang lebih berpengalaman, bagaimana menghadapi sesuatu terkait anak. Tapi yaah belum tentu juga "it's work" untuk anak kita. Jadi betul betul harus coba dan perhatikan, sampai menemukan yang cocok untuk anak dan keluarga sendiri. 

Segala sesuatu di Dunia ini pasti ada plus minusnya. Ada manfaat dan mudaratnya. Yang dilakukan atau dipilih tentu yang paling minim mudaratnya bahkan harus bermanfaat. Begitu pula dengan informasi yang sangat mudah didapatkan saat ini. Generasi saya saat ini bisa mendapatkan info penting terkait membesarkan anak dari sumber terpercaya. Sedangkan generasi orang tua saya tak dapat akses tersebut. Sehingga pemahaman mereka masih di situ situ aja soal merawat bayi. Misalnya saja memberikan makanan padat pada bayi sebelum usia seharusnya. Yang kadang dipaksakan untuk dilakukan juga di masa sekarang. Padahal hal tersebut dilarang, karena dapat membahayakan keselamatan bayi. Kesenjangan informasi dan pemahaman antara para orang tua jaman dulu dengan generasi sekarang seringkali juga menjadi sumber perdebatan. Untungnya saya tidak mengalaminya sendiri, karena orang tua saya termasuk yang bisa menerima pemahaman baru/terkini terkait cara merawat bayi. Harus ngobrol memang intinya, berikan pengertian dengan santun kepada mereka. 

Tapi serem juga sih kalau lihat berita berita di Dunia maya terkait merawat bayi. Masih banyak di luar sana yang percaya pada mitos mitos yang berhubungan dengan cara merawat bayi/anak. Kadang sedih, duh apa informasi dan nakes nggak nyampe ke mereka yak. 

Konon katanya, masa masa batita/balita anak nggak ada apa apanya dibandingkan menghadapi anak yang lebih besar atau remaja. Semakin usia anak bertambah, maka semakin besar tantangan yang akan dihadapi orang tua. Semakin membutuhkan peran orang tua untuk mendampingi. Saya jadi ingat ingat bagaimana dulu saya ketika melewati masa kanak kanak dan remaja. Apakah sering bikin pening Ibuk dan Bapak? 
Saya bercita cita menjadi orang tua yang tetap dekat dengan anak anak saya sampai kapanpun. Menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi mereka untuk kembali bercerita, dan memeluk mereka, jika mereka mau. Saya mau menjadi Ibu yang bisa mereka percaya. Dan tentu saja semua itu harus dibangun sejak mereka bayi. Oh My God. Saya pun tidak mau melewatkan 1000 hari pertama mereka dan periode emas kehidupan mereka. Karena disitulah saya bisa menanamkan pondasi kuat tentang nilai kehidupan dan karakter yang harus mereka miliki untuk bisa survive di masa depan. Siapa sih yang nggak mau punya anak sehat, kuat, cerdas dan beriman :))

Waw, nampak mudah di tulisan namun sulit dalam praktek...wkwkwk. Bagaimanakah caranya? ~ ya cari tahu, ayo belajar, jangan malas! *ngomong sama kaca*

Saran penting untuk menghadapi jaman digital dengan akses informasi serba cepat ini adalah jangan pernah membanding bandingkan anak sendiri dengan anak orang lain. Fokus saja sama anak sendiri, jika ada yang dirasa salah hubungi pihak profesional, dokter/psikolog. Karena yakin aja, kebanyakan membanding bandingkan bisa bikin stress. 

Jadi orang tua memang berat *inhale ~ exhale*. Anak saya baru setahunan masih panjang perjalanan insyaallah.  Semoga kita selalu sehat, amiiiin. 

Salam dari kami :)

No comments:

Post a Comment