Sunday, May 30, 2021

Empat Tahun Pernikahan

Tidak biasanya saya lupa tanggal tanggal penting. Tapi tidak untuk kali ini. Saya lupa kalau hari itu adalah hari ulang tahun pernikahan kami. Tapi ternyata bukan hanya saya yang lupa tapi Pak suami juga lupa *tepokjidat. Kalau doi lupa sih sudah biasa ya, tak perlu berharap banyak...wkwk.
Hari itu sehabis berbuka puasa dan hendak wudhu untuk sholat magrib saya merenung. Hari ini tanggal berapa ya, eh tanggal 15 April deh kayaknya. Tanggal 15 April itu kayaknya hari penting deh, apa ya. Etapi tanggal 15 atau 17 ya *masihmikir. Keluar dari kamar mandi saya bilang sama Pak suami; yang tahu nggak sih hari ini itu tanggal berapa? ~ tanggal 15 April tahu. Hahahah ~ kami berdua tertawa, baru ingat kalau hari itu adalah hari pernikahan kami, yang ke empat. Kami lupa lalu merayakan dengan tawa bersama dan selfie sekejap bersama Katya. 

Hari itu dalam ingatan saya begitu hectic dengan urusan domestik. Nemenin Katya main, nyuapin, beres beres, masak, sampai beresin kerjaan kampus. Eh iya saya juga tidur siang dengan pulas bersama Katya, Ya Allah nikmatnya. Seharian saya tak kepikiran hari itu tanggal berapa dan ada apa. Saya hanya beraktifitas seperti biasa.

Bagi saya, hari ulang tahun pernikahan itu patut diingat. Penting, karena bertambahnya usia pernikahan berarti keberhasilan dalam menjalani hidup bersama dengan segala faktor, besaran ataupun konstanta yang ada di dalamnya. Pernikahan itu hal yang rapuh, menjaganya agar tetap utuh perlu usaha, komunikasi dan kemauan untuk terus belajar. Butuh ilmu, karena nyatanya pernikahan itu tak hanya soal yang indah indah saja. 

Di tahun ke empat pernikahan Pak suami masih sering lupa mengembalikan barang pada tempatnya. Besoknya kalau mau pake barangnya mesti nanya saya, yang seringkali masih saya jawab makanya kalau taruh barang pada tempatnya dong. Saya merepet tapi tetap mencari/mengambil barang itu untuknya. Pillow talk seringkali dilakukan ketika Katya tidur *yaiyalah. Tapi seringkali saya ikut tidur duluan bersama Katya...wkwk. Maap Pak. 

Pernikahan laksana tempat untuk belajar, belajar dan belajar. Hal kecil aja bisa jadi persoalan. Perihal nggak matiin lampu kamar mandi atau nggak jemur handuk aja bisa bikin emosi. Lalu Pak suami menggelari istrinya terlalu cerewet padahal mah biasa aja kali. Saya yang cenderung well prepared yang maunya everything in their place bertemu dengan Pak suami yang tingkat santainya kadang bikin geleng kepala. Sungguh ia santai santai saja saat ada yang tidak berjalan seharusnya. Tapi Pak suami kadang bisa lebih masuk akal dan tenang dalam menghadapi sebuah kerumitan sehingga dapat solusi yang tepat. Berbeda dengan yang kadang mengedepankan panik doang. Dari situ kami saling belajar, menelisik karakter masing masing sehingga mampu meminimalisir perdebatan. Belajar saling menghargai kebutuhan masing masing dan belajar menurunkan ego masing masing. 

Kini kami juga belajar menjadi orang tua. Ini lebih gila lagi belajarnya wkwkwkwk. Segala macam campur aduk di sini. Being present sama anak di saat urusan domestik kerjaan belom beres itu susah. Tidak selalu mudah tapi ternyata bisa juga dilalui. Masyaallah Tabarakallah. 

Semoga pernikahan kami selalu diberkahi Allah, diberikan perlindungan, Sakinah Mawaddah Warahmah ❤️


No comments:

Post a Comment