Wednesday, June 17, 2020

Imunisasi Di Masa Pandemi Covid-19

Salah satu kegelisahan yang muncul bagi para orang tua yang baru punya bayi di masa pandemi ini adalah soal imunisasi. Sebagai orang tua, kami sepakat bahwa imunisasi adalah salah satu ikhtiar untuk menjaga kesehatan anak. Oleh sebab itu, imunisasi untuk Katya sangat kami perhatikan.

Sejak awal, kami sepakat untuk imunisasi di Posyandu saja karena menurut saya banyak manfaatnya. Posyandu kan sudah didesain sebagai pos pelayanan terpadu yang tentu saja akan memudahkan masyarakat. Pelayanannya gratis lagi, vaksin yang digunakan juga sama dengan yang ada di Puskesmas atau Rumah Sakit. Sekalian juga untuk bersosialisasi dengan warga sekitar rumah, Katya juga bisa bertemu anak anak lain seusianya.
Katya mendapatkan imunisasi pertamanya sesaat setelah dia lahir di rumah sakit, yaitu imunisasi HB-0 dan Polio 1 seminggu setelah lahir. Lalu imunisasi di bulan pertama dilakukan di Posyandu komplek yang dilakukan setiap tanggal 15 atau 16 atau 17. Kebetulan imunisasi satu Bulan Katya di Bulan Maret diadakan pada tanggal 17. Di Bulan ini Katya mendapatkan imunisasi BCG yang diberikan dengan cara disuntikkan di lengan sebelah kanan. Komen pertama posyandu ini bikin saya agak deg degan karena akan membawa Katya keluar rumah dan bertemu ibu ibu lain yang sudah lebih berpengalaman. Pak suami sampai cuti ngantor untuk menemani kami pergi ke Posyandu. Ternyata banyak juga ibu ibu yang punya balita di komplek saya. Cuma ngobrol ngobrol sekadarnya saja tanpa tahu nama...wkwk. Eh iyaa pas Katya disuntik tentu saja saya tak berani lihat dan pegang. Ibu kader yang berbaik hati untuk menggendong Katya waktu disuntik. Tapi Katya abis disuntik langsung bobo lagi sih, jadi nggak bikin panik ibunya...hihi. Dan malamnya dia nggak demam jadi amaaaan.

"Laluuuuu....breaking news ~ muncul kasus positif covid pertama di Indonesia. Disusul dengan anjuran untuk di rumah saja. Kemudian muncul juga kasus positif di Lombok."

Jujur, saya jadi waspada banget. Ya iyalah, punya bayi baru sebulan terus ada virus bergentayangan di luar sana. Ya ampun. Nggak keluar rumah sama sekali. Padahal pengenlah cuci cuci mata gitu lihat pemandangan luar rumah. Rencananya juga mau mendatangkan tukang pijat bayi dan Ibu baru melahirkan, jadi batal. Parno mau datengin orang ke rumah, nggak tahu kan abis kemana aja dan ketemu siapa aja. Posyandupun ditiadakan sampai batas waktu yang belum ditentukan.

Jadilah saya mencari cari soal informasi imunisasi selain Posyandu. Saya bertanya ke beberapa teman yang punya pengalaman Imunisasi di Puskesmas atau di rumah sakit dengan dokter SPA. Teman saya yang punya anak tidak jauh beda dengan Katya memberikan info tentang imunisasi di beberapa Puskesmas di Mataram. Rata rata puskesmas tersebut sudah menjadwalkan hari imunisasi secara khusus agar tidak bercampur dengan anak yang sedang sakit. Informasi tentang hari imunisasinya masih belum akurat. Sedangkan saya tidak bisa pergi sendiri untuk mengecek secara langsung. Teman saya juga memberikan informasi kisaran biaya yang akan dikeluarkan jika imunisasi ke rumah sakit dengan dokter SPA.

Baca Juga: Me Time Pasca Melahirkan

Setelah menimbang banyak hal. Saya memilih untuk imunisasi Katya di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) yang tidak menangani pasien covid dengan dokter SPA. Dokternya rekomendasi teman saya yang ternyata saya juga merasa cocok. Saya lebih baik mengeluarkan uang lebih untuk imunisasi sebagai ikhtiar memperkuat imun dan memilih ke SPA demi protokol kesehatan yang sudah jelas. 

Maka, saya menyisihkan dana setiap Bulan untuk imunisasi. Tanggal 15 Juni kemarin Katya imunisasi bulanan ke empat. Ini baru imunisasi dasar anjuran Pemerintah lho ya, imunisasi rutin sampai Bulan ke empat. Kemudian dilanjutkan imunisasi campak nanti di Bulan ke sembilan. Lalu imunisasi campak dua dan DPT 4 di bulan ke delapan belas. Beda lagi kalau mau melaksanakan imunisasi sesuai anjuran Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yaitu imunisasi diberikan sampai usia 18 tahun. Termasuk di dalamnya imunisasi influenza, japanese ensefalities, tifoid, MMR, dan dengue. Kalau mau ikutin anjuran IDAI ada imunisasi influenza di bulan ke enam. 

Pengalaman Imunisasi Di RSIA Permata Hati

Protokol kesehatan di RS ini ketat banget. Saya jadi takut sendiri ngelihatin semua petugas pakai APD lengkap. Terakhir, kemarin si bayi yang akan diimunisasi harus melewati proses screening di UGD. Bentuk screeningnya adalah menjawab beberapa pertanyaan terkait kesehatan si bayi, apakah ada sakit atau keluhan lainnya, pengecekan suhu tubuh, sampai pertanyaan adakah pasien positif covid di sekitar tempat tinggal. Setelah semuanya oke barulah dipersilahkan untuk masuk dan mendaftar di loket. Para pendamping/pengantar tidak boleh ikut masuk ke dalam gedung RS. Telah disediakan kursi kursi yang diatur jaraknya sebagai tempat menunggu di halaman RS. Jadi hanya saya yang mendampingi Katya untuk imunisasi di ruang dokter.

Sebelum melakukan imunisasi dokter terlebih dahulu menjelaskan soal pilihan vaksin yang mau digunakan. Pilihannya adalah vaksin milk/buatan pemerintah dan vaksin buatan swasta. Harga vaksin buatan swasta jauh lebih mahal dibandingkan dengan vaksin pemerintah. Vaksin buatan swasta inilah yang sering disebut tidak menyebabkan demam. Padahal ya sama saja kata dokter. Tidak ada vaksin yang 100 persen nggak bikin demam. Hanya saja persentase demam vaksin swasta lebih rendah dibandingkan vaksin pemerintah. Kemungkinan demam vaksin swasta 10 persen, sedangkan vaksin pemerintah 50 persen. Karena perbedaan harga yang sangat mencolok ya jelas kami memilih vaksin pemerintah. Wong tadinya pengen gratisan di Posyandu... wkwkwk.

Berikut rincian Imunisasi Katya di RSIA Permata Hati Mataram bulan ini:
1. Administrasi Rp 20.000
2. Konsultasi Rp 155.000
3. Imunisasi Polio (Tetes) Rp 50.000
4. Imunisasi Pentabio Rp 300.000
Total: Rp 525.000
Sebenarnya di Bulan ke empat ini imunisasi IPV juga namun vaksinnya masih kosong dimana mana. Saya disarankan untuk menghubungi pihak RS untuk menanyakan soal ketersediaan vaksinnya. 

Semoga bermanfaat ya. Yang berencana imunisasi ke RSIA jadi punya gambaran biaya. Sehingga bisa mempersiapkannya. Semoga kita semua sehat selalu.

Much Love!
A.

13 comments:

  1. Pengalaman kita sama. Punya bayi yg imunisasinya di SPA. Sya imunisasinya di praktek dokter anaknya langsung. Lebih murah mbak #Saran

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah sama dokter siapa mas? tempat prakteknya dimana? hihi

      Delete
  2. Lumayan juga ya ternyata biayanya kalau mau imunisasi sendiri di rumah sakit. Saya baru tahu, karena selama ini saya ikut posyandu. Alhamdulillah jdi merasa lebih bersyukur punya pemerintah yg ngasih gratis imunisasi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul mba, mahal ...wkwk, semoga pandemi segera berakhir ya, biar Posyandu bisa diadakan lagi.

      Delete
  3. Mehong juga ya imunisasinya tp worth it lah ya
    Semoga sehat selalu Katya Everdeen hehehebe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaa daripada daripada...huhu

      Eits namanya Katya Nuwaira Anjani om ☺️

      Delete
  4. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  5. Imunisasi biar kuattt 😀 sehat selalu adek katyaa

    ReplyDelete
  6. Tita juga dulu pengennya imunisasi gratisan di Posyandu wkwkw.. Tapi ku gak pernah tahu jadwal posyandu dimarih, mau ke puskesmas juga kok ya malas kalau ingat ramainya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihi pilihan jatuh kepada ortu masing masing yaa, Yang penting imunisasi lengkap biar anak anak jadi Makin sehat dan kuat.

      Delete
  7. Waow... Ternyata ongkos imunisasi lumayan juga ya 🧐🧐 siplah Saya jadi Ada gambaran, makasih I fonya mbaksist

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaa, om ntar kalau punya anak siap siap yaaa. Cari calon ibunya dulu tapii 😆

      Delete