Beberapa bulan yang lalu saya berkesempatan mengikuti acara yang bertajuk "Inspiring Woman talk with Asma Nadia" yang di adakan di Fakultas Psikologi UGM, dari judulnya pasti sudah menduga siapa yang menjadi pengisi acaranya. Dialah Asma Nadia, seorang penulis puluhan buku dan akhir-akhir ini konsen pada tema-tema keluarga dan perempuan. Dia adalah salah satu penulis favorit saya, tulisan-tulisan dia tentang perempuan begitu menguatkan. Dalam acara itu pun yang dibahas adalah tentang perempuan, perempuan muslim. Asma Nadia ternyata orang yang sangat menyenangkan, mendengar dia berbicara menyampaikan materi sangat mengasyikkan, mudah dimengerti dan tidak membosankan.
Ada satu pertanyaan yang dilontarkan Asma Nadia waktu itu kepada para peserta yang semuanya adalah perempuan. Pertanyaannya begini "apa yang akan kalian lakukan jika tiba-tiba seorang laki-laki yang telah melamarmu dan kalian sedang mempersiapkan pernikahan, lalu tiba-tiba laki-laki tersebut membatalkan pernikahan rencana pernikahan tersebut secara sepihak?" , jujur saya agak sedikit kaget mendengar pertanyaan itu, belum pernah terbayangkan sebelumnya kalau saya akan mendengar pertanyaan seperti itu, it’s really hard question. Banyak peserta yang mencoba menjawab, dan rata-rata mereka menjawab akan menangis, sedih, dan akan meminta penjelasan kepada laki-laki tersebut. Namun banyak juga yang menjawab akan mencoba mengiikhlaskannya karena pasti akan diberikan pengganti yang lebih baik. Saya tidak mencoba menjawab karena jawaban-jawaban yang disampaikan oleh peserta lainnya kurang lebih sama dengan apa yang ada di dalam pikiran saya waktu itu.
Namun tak disangka Asma Nadia memberi pencerahan, jawaban yang disampaikan Asma Nadia atas pertanyaan itu diluar dugaan saya. Dia menjawab "kenapa jawaban perempuan selalu seperti itu?, boleh menangis, boleh bersedih, tapi jangan kelamaan. Jika menghadapi hal seperti itu kalian harus cepat bangkit. Seharusnya hal pertama yang kalian lakukan adalah mengirimkan tagihan kepada laki-laki tersebut, tidak mungkinkan tagihan atas semua persiapan pernikahan kalian tanggung sendiri. Kalian dan keluarga kalian sudah dibuat malu atas pembatalan pernikahan, masa' mau rugi materi juga. Sebagai perempuan kalian harus menunjukkan kalau kalian kuat dan tidak cengeng untuk kemudian hanya menerima keadaan". Mendengar jawaban Asma Nadia seperti itu aku langsung mengangguk tanda setuju.
Setelah aku pikir-pikir, memang banyak kejadian seperti itu. Ketika seorang perempuan begitu mudahnya hanya menerima keadaan tanpa mau melakukan sesuatu, sesuatu yang sebenarnya mampu ia lakukan, yang bisa jadi dapat mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Perempuan cenderung diposisikan sebagai seseorang yang lemah, kadang sedih dan menangis berlebihan hanya karena ditinggal oleh laki-laki yang ia sayangi. Padahal seperti yang disampaikan Asma Nadia pada acara tersebut, seorang perempuan, apalagi seorang muslimah itu harus kuat, berdaya dan bahagia. Ia harus berdaya secara ilmu, berdaya secara ekonomi, harus juga bisa memimpin karena kelak ia akan membimbing anak-anaknya, dan ia juga harus bisa menginspirasi, menjadi orang yang bermanfaat bagi sesamanya. Perempuan jangan tahunya hanya menangis dan meratap sedih saja.
Pertemuan dengan Asma Nadia hari itu memberikan banyak sekali pikiran-pikiran positif serta masukan-masukan yang sangat bermanfaat. Banyak pemahaman-pemahaman baru yang tidak aku dapatkan dari orang lain. Asma Nadia adalah salah satu contoh muslimah yang berdaya dan bahagia. Dan bahagia itu sendiri ternyata tidak jauh, bahagia itu ada dalam diri kita sendiri, ada dalam cara kita berpikir.
No comments:
Post a Comment