Sunday, December 25, 2022

Dari Seorang Ibu Baru; Refleksi Hari Ibu

Halo, Ibu baru di sini. Ibu dengan dua anak balita. Yang sedang kerempongan mengasuh anak toddler dan bayi. Hidup berlangsung begitu cepat akhir akhir ini. Begitu rempong. Tapi seru. Sangat berwarna.

Menjadi Ibu memang patut dirayakan. Tanpa mendiskreditkan perempuan yang belum dikaruniai anak atau yang memilih tidak punya anak. Mari rayakan keberhasilan mengasuh sejauh ini. Mari rayakan keberhasilan menjaga kurva pertumbuhan on track. Mari rayakan keberhasilan menyajikan makanan kesukaan anak. Mari rayakan keberhasilan menurunkan ego. Mari rayakan keberhasilan belajar, belajar sabar, belajar menjadi lebih baik setiap harinya. 

Saya percaya bahwa setiap Ibu punya strugglenya masing masing dalam mengasuh anak. Tidak ada yang benar benar berjalan mulus. Karena yang dihadapai adalah manusia, makhluk hidup yang unik. Tidak sama antara satu dan yang lainnya. Bahkan meskipun Ibu Bapaknya sama. Anak anak dengan segala dinamikanya kadang kala membuat Ibu clueless. Membuat Ibu pusing tujuh keliling. Membuat Ibu menangis dalam hening.

Jadi Ibu itu ternyata susah ya? :))

Sampai kapanpun Ibu tetap Ibu. Sama halnya dengan anak, sampai kapanpun ia tetap seorang anak. Meskipun ia telah dewasa dan berkeluarga. Seorang Ibu tetap aja khawatir dengan anak anaknya, lebih lebih kepada cucunya. Ibu saya begitu. Ibuk masih saja suka nitipin makanan, nitipin buah buahan hasil tanaman di halaman. Dan tidak pernah luput menyebut anak anaknya dalam doa. Lalu setelah punya cucu yang dicariin cucunya muluk, haha. Video call maunya lihat cucu. Saya rasa saya juga akan melakukan hal yang sama kepada anak anak saya kelak. 

Ibu saya juga bekerja. Lalu terbayang betapa rempongnya ia dulu. Dengan support sistem yang seadanya, tapi mampu juga melewati semuanya. Pahit dan manis terasa, memperkaya kenangan kami saat ini. Semakin saya dewasa dan setelah jadi Ibu saya jadi sedikit paham dengan apa apa yang telah Ibuk saya lakukan. Meski kadang ada beberapa hal yang saya pertanyakan, saya tidak setujui, selalu saya kembalikan ke ingatan bahwa ya itulah Ibuk sebagai seorang Ibu yang hanya manusia biasa dengan segala kekurangan dan kelebihannya. 

Semoga para Ibu dan juga para Bapak diberikan sehat walafiat tanpa kurang satu apapun. Dimurahkan rejekinya, dibuka pikirannya untuk lebih lapang dalam memahami guna mengasuh anak anak. Semoga selalu kuat, meski sedih pahit dihadapi tetap bisa bangkit. Semoga apa apa yang dipanjatkan kepada yang kuasa bisa terwujud. Semoga bisa menjadi orang tua yang sabar, sabar dan sabar. 

No comments:

Post a Comment