Kalau bulan Februari kami peringati sebagai bulan kelahiran Katya, anak pertama kami maka kami akan memperingati bulan setelahnya sebagai bulan kelahiran anak kedua kami. Anak kedua kami lahir di bulan Maret ini, dua tahun setelah kelahiran Katya. Bayi laki-laki yang kami beri nama "Khalif Gauzan Permana" ~ kurang lebih bermakna "pemimpin berwawasan luas yang berharga" nama Permana juga diambil dari nama belakang Bapaknya.
Saya cukup deg degan menunggu kelahiran Khalif, deg degan menunggu jadwal operasi yang telah kami persiapkan. Saya mengambil risiko melahirkan dengan cara operasi sesar. Dan kali ini akan saya tempuh secara sadar tanpa ada distraksi kontraksi. Menghadapi dinginnya ruang OK sendirian cukup menegangkan memang. Belum lagi kekhawatiran lain yang menghampiri saya ~ apakah operasinya akan berjalan lancar? apakah nadi dan tekanan darah saya akan tetap stabil? apakah bayi saya akan baik baik saja? apakah saya kuat? bagaimana kalau ada pendarahan? bagaimana kalau nafas saya terlampau berat seperti operasi sebelumnya?. Mulut saya tidak berhenti berdzikir, saya mengingat mati. Mungkin setiap perempuan yang akan melahirkan anaknya berbahagia sambil berserah mengingat kematian. Karena perjuangannya memang antara hidup dan mati.
Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah operasi berjalan lancar. Khalif menangis kencang ketika menghirup udara dunia pertama kali. Setidaknya itu adalah pertanda bahwa ia baik baik saja. Lalu Khalif melalui skrining lanjutan dengan dokter anak di ruangan khusus sebelah ruang operasi. Saya sendiri masih berada di atas meja operasi "diberesin" setelah operasi. Anggota badan saya masih belum terasa, efek bius masih bekerja. Ngilu belum menghampiri. Nadi dan tekanan darah stabil. Kemudian saya dipindahkan ke ruang perawatan. Masuk ke ruang perawatan ternyata sudah ada Khalif dan Bapaknya menunggu saya.
Momen melahirkan selalu mendatangkan perasaan yang campur aduk, bahagia sekaligus takut. Ada gelembung kebahagiaan besar, namun di dalamnya juga tersimpan ketakutan ketakutan manusiawi.
Saya tersenyum bahagia melihat Khalif yang sedang tertidur pulas. Ia dalam keadaan sehat. Di balik senyum bahagai itu ada badan saya yang terasa sangat lelah. Apalagi setelah efek bius hilang. Rasa ngilu dan nyeri di pasca operasi mulai menghampiri. Tapi itu semua harus dikesampingkan, saya harus tetap berusaha untuk memberikan ASI pada Khalif. Khalif harus mendapatkan ASI sesegera mungkin. Maka proses belajar menyusui Khalifpun dimulai. Selama dua hari dua malam kami lalui di rumah sakit Khalif langsung bisa menyusu. Dan ini merangsang ASI cepat keluar. Saya sangat bersyukur atas hal ini, mengingat dulu di kelahiran Katya saya dan Katya mengalami kesulitan dalam hal menyusui.
Dua hari dua malam itu adalah hari hari terpanjang yang saya rasakan. Saya tidak sabar untuk bisa pulang ke rumah. Tidak sabar untuk mengenalkan Khalif pada kakaknya Katya di rumah. Katya juga excited ingin melihat adiknya, setidaknya itulah yang saya tangkap ketika video call Katya. Selain itu saya juga kangen banget sama Katya. Malam pertama di rumah sakit aja saya sesenggukan nangis ingat Katya di rumah. Itu adalah momen pertama kali saya terpisah dari Katya. Rasanya berat ninggalin Katya di rumah, huhu. Tapi alhamdulillah Katya tidak rewel ditinggal bersama tantenya di rumah.
Kini kami sudah berkumpul di rumah. Katya sangat perhatian pada adiknya, dia juga super sweet sama adiknya. Yang kadang bikin terharu. Semoga mereka selalu saling sayang selamanya.
Resmi sudah saya dan Pak suami jadi orang tua dengan dua anak. Waw agak deg degan ya, semoga semuanya berjalan lancar. Kalaupun ada yang tidak lancar, paling tidak ada solusinyalah ya. Semoga kami semua selalu sehat walafiat. Diberi kemampuan untuk membesarkan anak anak yang kuat, cerdas, sehat dan bertakwa serta penuh kasih sayang.
#MasyaallahTabarakallah ~ Katya dan Khalif |
Selamat datang anak keduaku, Khalif *bigkissandhug*
No comments:
Post a Comment