Thursday, February 20, 2014

Monolog Matahari #1

Hari ini aku melihat sepasang burung terbang di kejauhan …….

Hai, perkenalkan namaku Matahari. Entah siapa yang pertama kali member nama itu padaku dan di setiap daerah yang lain mereka menyebutkan dalam kata yang lain dalam bahasa mereka. Ini cukup membingungkan awalnya, namun cukup membuatku tersenyum, setidaknya aku punya nama.

Aku ada di atas, ribuan kilometer jaraknya dari tanah yang biasa kalian pijak. Tida ada satupun dari kalian yang dapat menjangkauku ataupun menyentuhku, karena kalian akan hangus terbakar jika mencoba melakukannya. Bahkan sebelum benar-benar dekat denganku. Kalian akan hangus karena pijarku yang ribuan Kelvin panasnya.

Karena keberadaanku yang selalu di atas maka aku dapat menyaksikan apa yang terjadi di bawahku. Bagaimana anak-anak manusia beraktifitas. Menyaksikan belahan dunia porak poranda karena rusaknya alam. Menyaksikan belahan dunia yang lainnya tumbuh subur dan makmur. Meskipun aku tak bisa mengetahui yang tersembunyi, karena masih ada yang Maha Tinggi.

Ada kalanya aku memancarkan pijar yang begitu terang dan menyengat, dan ada kalanya juga aku enggan untuk bersinar dan awan membantuku bersembunyi. Sinar yang terang dan sinar yang redup selalu saja menghiasi hari-hariku. Membuat orang-orang di bawah sana mengucap syukur atau mengumpat kesal. Jarang yang senantiasa bersyukur atas apa yang terjadi di sekelilingnya. Apa itu memang sudah menjadi tabiat kalian?

4 comments:

  1. "Jarang yang senantiasa bersyukur atas apa yang terjadi di sekelilingnya. Apa itu memang sudah menjadi tabiat kalian?"

    terus si penulis termasuk orang yg jarang atau yg g jarang?

    ReplyDelete
  2. Kadang-kadang lupa... T,T

    oleh karena itu harus saling mengingatkan, yaa semoga tulisan ini bisa jadi pengingat :D

    ReplyDelete
  3. Aku malah lbi sering lupanya banding ingetnya e

    ReplyDelete