Tuesday, January 21, 2014

Stasiun: Mengantar Pergi, Menjemput Pulang

Sepagi ini ingatanku melayang ke suasana siang di sebuah stasiun kereta api ibukota. Siang itu stasiun sangat ramai. Ramai oleh orang-orang yang ingin bepergian, orang-orang yang sekedar transit untuk kemudian melanjutkan perjalanan, orang-orang yang bekerja di stasiun, orang-orang yang datang untuk menjemput pulang ataupun orang-orang yang hanya mengantar pergi. Ruang tunggu stasiun tidak lagi mampu memuat orang-orang itu, sehingga trotoar dan lantaipun menjadi tempat duduk. Begitu banyak orang, entah apa yang ada dalam masing-masing pikiran mereka.

Cuaca panas begitu menyengat, peluh mengalir deras. Matahari kala itu menunjukkan kekuatannya, kekuatan sinarnya. Padahal itu baru sinarnya saja, dan telah sanggup membuat manusia kepayahan karena panasnya. Mungkin semua orang merasakan gerah akibat cuaca siang hari itu. Begitupun aku.

Pemberangkatan keretaku masih beberapa jam lagi, jadi aku masih harus menunggu. Aku memilih duduk mengamati dan berkenalan dengan orang yang duduk di sebelahku. Ternyata banyak yang sedang menunggu, menunggu beberapa menit, beberapa jam, bahkan menunggu berhari-hari karena kehabisan tiket. Namun tak apa, mereka sanggup menunggu berhari-hari di stasiun untuk sampai di tempat kerja, rumah ataupun kampung halaman mereka.

Banyak yang berwajah cerah karena bertemu keluarga dan orang terkasih di stasiun, ada yang berwajah sedih harus berpisah, berwajah kusut karena kelelahan, dan berwajah gelisah karena terlalu lama menunggu. Ada yang berjalan santai, berjalan cepat dan terkadang berlari takut ketinggalan kereta.

Walaupun stasiun selalu ramai, namun orang-orang tidak akan pernah mau untuk tetap tinggal disana. Pada kenyataannya stasiun hanyalah tempat singgah. Tempat dimana orang-orang datang untuk menjemput pulang dan mengantar pergi.

No comments:

Post a Comment