Sunday, June 24, 2018

#MarriedLife: Ngomongin Soal Anak



Jadi, bagaimana kalian melewati pertanyaan basa-basi lebaran kemarin?

Apakah kalian melewatinya dengan smooth, menjawab dengan senyum simpul, memilih berdebat, atau malah berlari pulang. Ups.

Ah…kalian pasti sudah bisa menebak pertanyaan yang saya maksud. Pertanyaan yang hampir basi yang selalu dilontarkan di setiap pertemuan atau kumpul keluarga dan teman. Untuk kalian yang belum menikah namun sudah dianggap harus menikah oleh orang kebanyakan pasti sudah kenyang dengan pertanyaan “kapan nikah”. Mending sih kalau yang nanya serius mau membantu, membayar sewa gedung dan catering misalnya, dan yang paling penting membantu mencarikan calonnya. Lah ini enggak, nanya doang tanpa solusi, OMDO. Bahkan tak jarang cuma basa basi karena tak cukup cerdas untuk mencari bahan obrolan lain.

I feel you, saya tahu rasanya. Karena saya pernah berada di posisi itu. Posisi yang saban kali menerima pertanyaan yang sama. Terlebih waktu itu adik saya sudah lebih dulu menikah. Kebayangkan tekanannya kayak apa? ~ tapi tenang, semuanya akan berlalu kok. Para penanya itu akan bosan dengan sendirinya. Lagian juga mereka yang keseringan bertanya itu adalah pasti bukan orang-orang terdekatmu. Paling-paling mereka berada di ring ke-dua ke-tiga dari lingkaranmu. Jadi memang tidak mengenalmu dengan baik. Tidak perlu menaruh perhatian lebih pada mereka. 

Sebagai persiapan, ternyata pertanyaan semacam itu tidak akan pernah berakhir. Yups, kamu tidak salah dengar. Bahkan setelah menikah akan ada pertanyaan lanjutan yaitu “sudah isi belum” gamblangnya kalian ditanya sudah hamil atau belum. Dan ya, itulah yang saya hadapi saat ini, terlebih di hari lebaran kemarin.

Qadarullah sampai setahun pernikahan saya belum dikaruniai kehamilan. Di bulan-bulan awal mesti deg – deg ser setiap mendekati tanggal datang bulan. Bakalan jadi atau nggak ya. Di bulan-bulan awal saya cukup merasa tertekan dengan pertanyaan orang-orang. Karena tidak hanya orang luar yang bertanya tapi juga ibuk dan adik saya. Mungkin mereka membandingkan dengan diri mereka yang langsung diberi kehamilan segera setelah menikah, dan berharap saya juga mengalami hal yang sama.


Saya rasa sebagian besar pasangan menikah pasti ingin memiliki anak keturunan tidak terkecuali dengan saya dan pak suami. Sejak perencanaan pernikahan kami sudah membicarakan soal anak, bahwa tidak akan menunda untuk mendapatkan anak. Kami membahas bagaimana pola pengasuhan anak yang akan kami terapkan. Merencanakan berapa jumlah anak yang ingin kami miliki, sampai merencanakan nama anak. Sungguh visioner…hahaha.

Orang-orang di luar kami seringkali mengira kalau kami sengaja menunda.  Tentu saja saya jawab tidak, sambil menambahkan “apa yang perlu ditunda” masak mau menunda rezeki sih. Kalau mendengar cerita teman – teman dan baca pengalaman orang-orang yang lebih dari dua tahun bahkan belasan tahun belum dikaruniai anak, maka saya belum ada apa-apanya. Iya juga sih, baru juga setahun dan belum maksimal ikhtiarnya sudah merasa ketar – ketir. Terus saja lakukan yang terbaik katanya.
"Saya dan pak suami terbuka soal anak. Langkah-langkah yang akan kami tempuh sudah kami bahas, sampai membuat timelinenya. Sambil berdiskusi dengan orang-orang yang kompeten dan berpengalaman. Supaya kami punya bayangan."
Ada satu hal penting yang diajarkan oleh peristiwa ini yaitu bahwa Alloh-lah yang maha kuasa. Saya diingatkan lagi dan lagi tentang hal ini. Bahwa ada kekuasaan yang jauh lebih besar di luar kekuasaan manusia. Bahwa ketika Alloh belum memberikan ya belum. Tidak ada jawaban lain. Cukup mengingat hal ini maka sudah mampu menguatkan. Hal yang harus dilakukan manusia adalah berusaha dengan sebaik mungkin, semampunya. Selanjutnya serahkan kepada Alloh. Jangan sampai hanya karena masalah kecil begini jadi lupa bersyukur bahwa berlimpahnya rezeki lain yang diberikan Alloh.  
"Rasa sedih tentu saja kadang datang menghampiri, tapi paling cuma sejam doang. Apalagi kalau sudah lihat wajah pak suami sedih saya bisa langsung hilang. Pak suami-lah yang selalu menghibur dan menguatkan. Begitulah seharusnya, suami istri harus bekerja sama. Bukan malah menyalahkan satu sama lain."
Untungnya ya, saya bukan tipe orang yang memedulikan komentar orang lain. Apalagi kalau komentarnya tidak benar tentang saya, I don’t care. Selama pak suami dan orang tua saya ridho dengan apa yang saya lakukan maka saya akan jalan terus. Hal ini penting untuk menjaga kewarasan saya. Saya memilih tidak ribet dengan komentar orang lain. Lagian capek juga kan kalau harus menjelaskan banyak hal kepada orang lain. Termasuk juga dengan penjelasan kenapa saya belum hamil.


Saya membuat blogpost ini bukan untuk mendapatkan rasa kasihan dari orang lain ataupun tidak sedang mengasihani diri sendiri. Tapi hanya ingin cerita saja agar rasa penasaran kalian sedikit terobati yess ~ *emang siapa elo deh*. Saya minta doanya saja ya netijen yang baik budiman, semoga saya dan semua pasangan yang sedang menunggu buah hati segera diberikan. Amiiiin.

Saran saya sih teruslah berbahagia, berkarya, berdoa, dan berbuat baik :)

Salam,

4 comments:

  1. Saya setuju sekali.. !!! Kebanyakan orang bertanya tanpa memikirkan bagaimana perasaan kita. Thanks sudah share pengalaman pribadinya kak.. Sungguh membantu saya utk lebih percaya diri lagi.. Semoga kita segera diberikan titipan terindah dari Tuhan ya kak azmi 🙏

    ReplyDelete
  2. Amiiiin, sama sama semangat yaa Devi *peluk

    ReplyDelete
  3. Hehe aq juga, lebaran kemarin dapet pertanyaan "udah isi belum." U ntujng jauh2 hari pak su udah briefing supaya ga baper. Allah lebih tahu kapan waktu yg tepat buat ngasih :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyaa mba bener banget, sama sama semangat ya mba, salam kenal :)

      Delete