Thursday, August 16, 2018

Pegawai Teladan


Kalau saya diminta untuk memberikan anugerah pegawai teladan kepada siapa, maka saya akan menganugerahkannya kepada Bapak.
***
Di obrolan telepon yang ke sekian dengan Ibuk saya pasti menanyakan juga bagaimana kabar Bapak hari itu, sudah baikankah karena beberapa hari tidak enak badan. Kemudian saya lanjutkan dengan pertanyaan apakah Bapak masuk kantor atau tidak. Ibuk menjawab tentu saja masuk, memangnya kapan sih Bapakmu nggak masuk kantor, taulah Bapakmu rajin sekali. Kami tertawa, tanda setuju.

“Kalau tidak sakit parah pasti tetap masuk kantor. Bahkan ketika sempat dirawat di rumah sakit karena gejala DBD yang dipikirkan pekerjaan. Tidak sabar sembuh karena harus segera menyelesaikan pekerjaan di kantor katanya. Saya? ~ speechless.”
Ingatan saya melayang pada sosok Bapak yang saban hari berangkat sehabis subuh dari rumah menuju kantor, demi tidak telat. Perjalanan bolak balik selama tiga jam ditempuhnya selama kurang lebih 30 tahun. Waktu yang tidak sedikit. Mulai dari jaman pakai angkutan umum, pakai motor, sampai punya mobil sendiri. Semuanya dilakukan dengan penuh disiplin selama hari kerja.

Meski kini sudah pindah kantor dengan jarak yang lebih dekat dari rumah, nyatanya tidak mengubah kedisipilinan Bapak. Ia tetap berangkat lebih pagi dari kebanyakan orang. Tetap memikirkan kesejahteraan orang-orang di sekelilingnya. Tetap mau terus belajar dan pantang menyerah. Tetap tidak pernah alpa, takut untuk meninggalkan tanggung jawabnya. Kedisiplinan itu tidak hanya soal pekerjaan tapi juga di kehidupan sehari-harinya, perihal ibadah, bersih-bersih, dan lain-lain. Oleh karena itu semua, ia begitu dicintai. Rekan-rekan sejawat ataupun junior-juniornya hormat dan sayang padanya.
“Ingatan ini membuat saya tertohok, mak jleb sekali rasanya. Jadi mikir apalah saya ini yang sukanya malas-malasan, yang kadang mepet-mepet waktu baru berangkat kerja, yang kerjanya suka mepet-mepet deadline, yang kadang maunya libur saja.”
Bapak tipe orang yang lempeng-lempeng saja, lurus-lurus saja. Ia tidak ambisius terhadap sesuatu. Prinsipnya adalah yang penting tanggung jawab ditunaikan, bekerja dengan baik agar berkah. Kehidupannya sebagai seorang abdi Negara biasa ia tunaikan dengan sebaik mungkin. Ia memberikan contoh paling nyata di depan mata kami. Bahwa tetaplah untuk melakukan hal yang baik, disiplin, serta rencanakan segala sesuatu dengan tepat dan matang.
“Bapak dan Ibuk menjelma menjadi sebuah tim yang solid dalam merencanakan dan menjalankan roda kehidupan keluarga kami. Mereka role model kami. Ah ~ ku sangat bangga!”
Catatan ini saya dedikasikan untuk Bapak yang akan saya sematkan padanya anugerah Pegawai Teladan di hari kemerdekaan ini. Selamat menikmati kemerdekaan pak, semoga Bapak sehat selalu. I Love You.
 
We Love You Bapak :)

No comments:

Post a Comment