Friday, August 24, 2018

Gempabumi Dan Hal-Hal Penting Yang Harus Diketahui

foto by @fathulrakhman, edit by me
Gempabumi itu seperti cinta, datangnya tiba-tiba, ketika pergi meninggalkan luka
Saya sebenarnya agak malas membahas tentang gempabumi di saat seperti ini, apalagi kalau harus dilempar ke khalayak umum. Teman-teman di Lombok pasti sudah tahu kalau huru hara terkait gempabumi ini merajalela. Berita-berita tentang gempabumi yang tidak bisa dipertanggung jawabkan muncul bagai jamur di musim penghujan. Muncul para ahli gempabumi baru, semua orang berkomentar tentang gempabumi. Sebagian lagi masih ada yang berusaha meluruskan informasi dan membuat analisis sesuai teori dan fakta untuk meredakan keresahan masyarakat.
Gempa ternyata tidak hanya merusak bangunan yang secara fisik dapat kita lihat, tapi juga merusak banyak hal lain di dalam diri kita. Merusak pikiran kita, mengganggu ketenangan, menumbuhkan pikiran-pikiran sempit jahat yang kita tujukan bagi siapa saja ~ yang kita anggap harus bertanggung jawab, membuat trauma hingga depresi.
Gempabumi ini salah pemerintah, salah wisatawan asing, salah si anu, salah si inu
Astagaaaa…saya langsung tertawa kencang sekaligus pengen nyubit orang yang mengeluarkan kalimat-kalimat itu *gemes banget*. Kasihan guru-guru saya yang sudah susah payah mentransfer ilmunya kepada saya. Kasihan penelitian-penelitian yang telah dilakukan itu. Kasihan ilmu pengetahuan. Dan sebagai seseorang yang skripsian dan tesisan tentang gempabumi saya seperti punya beban moral untuk menuliskan ini. Semoga saja ada manfaatnya.

Sebelum menulis lebih lanjut saya ingin memberi tahu bahwa saya menuliskan gempabumi sebagai gempabumi bukan gempa bumi. Ini bukan typo, professor saya mengajarkan hal tersebut. Kata Gempabumi diambil dari kata Earthquake, satu kata. Sama seperti kata gunungapi ditulis nyambung tanpa spasi, karena diambil dari kata Volcano.

***
Gempabumi Itu Apa?

Di Blog ini saya pernah menuliskan beberapa postingan tentang gempabumi, silahkan masukkan kata kunci gempabumi.

Gempabumi adalah gejala alam, ditimbulkan oleh adanya aktivitas secara alami di permukaan atau di bawah permukaan Bumi. Mekanisme terjadinya adalah jika terdapat dua gaya yang bekerja dengan arah berlawanan pada batuan kulit Bumi, batuan itu akan mengalami perubahan bentuk karena batuan memiliki sifat elastik. Jika gaya yang bekerja pada batuan itu terjadi secara terus menerus maka lama kelamaan daya dukung batuan itu akan mencapai batas maksimum dan menyebabkan pergeseran. Akibatnya batuan akan mengalami patahan secara tiba-tiba sepanjang bidang patahan. Setelah itu batuan akan kembali stabil dengan perubahan bentuk dan posisi.

Gerakan secara tiba-tiba tersebut mengeluarkan energi stress (akibat tekanan)  yang tersimpan selama ini di dalam batuan. Energi itu dilepaskan dalam bentuk gelombang seismik atau gelombang gempa yang menyebar ke segala arah (tanah sebagai media perambatannya). Gelombang itulah yang kita rasakan sebagai gempabumi. Setiap kejadian gempabumi akan menghasilkan informasi seismik berupa rekaman sinyal berbentuk gelombang. Setelah melalui proses pengumpulan, pengolahan, dan analisis maka diperoleh besaran (parameter) gempabumi yang meliputi waktu kejadian, lokasi episenter, kedalaman sumber gempa, intensitas gempa dan magnitudo gempa.
“itulah sebabnya kita merasakan goyang-goyang, karena sifat gelombang yang bergerak bolak balik”
Kalau mau dibahas tentang gelombang seismik bisa panjang banget, nggak cukup cuma di postingan ini. Besaran-besaran yang ada di dalam gelombang seperti frekuensi, amplitudo, periode, panjang gelombang, waktu, energi dll dianalisis semua sehingga diperoleh parameter gempabumi. Puyeng nggak tuh? ~ fisika dasar gaes ~ kalau anak geofisika punya kuliah khusus tentang seismologi. Btw, gelombang-gelombang inilah yang muncul pada seismogram.

Gempabumi  Versus Bangunan
Earthquake doesn't kill, buildings do
Saya harap kita sudah semakin sadar bahwa yang membuat orang kehilangan nyawa ataupun luka-luka adalah bangunan/gedungnya, bukan gempabuminya. Menimbulkan kerugian material dan non material.

Bangunan memberikan respon yang berbeda-beda terhadap getaran tanah atau gelombang gempabumi yang melaluinya. Pada dasarnya ketika gelombang gempabumi merambat hingga mencapai tanah tempat bangunan berada maka lantai dasar bangunan akan bergerak mengikuti gerakan tanah di bawahnya. Adanya ketidaksempurnaan kekakuan (stiffness) mengakibatkan bagian atas bangunan lebih lambat mengikuti gerakan lantai dasar. Perbedaan perpindahan (displacement) antar elemen bangunan tersebut mengakibatkan timbulnya tegangan (stress) pada masing-masing elemen bangunan yang berpotensi menimbulkan kerusakan ketika kemampuan elemen tersebut terlampaui ~ disadur dari US Congress & OTA, 1995.

Karakteristik utama bangunan yang sangat menentukan respon dinamiknya (gerakannya) terhadap getaran (gelombang gempabumi) adalah frekuensi alaminya (natural frequency). Frekuensi alami bangunan adalah jumlah siklus goyangan yang dialami bangunan yang terjadi dalam satu detik. Dalam tingkatan yang bervariasai, pada dasarnya sifat bangunan adalah lentur sehingga akan berayun ketika digoyang. Ketika tingkat kelenturan ini lebih kecil dari gelombang gempabumi maka bangunan tersebut akan rusak dengan cepat. Beberapa material bisa lebih lentur dibandingkan yang lain, misalnya bambu/kayu lebih lentur jika dibandingkan dengan susunan batu bata.


Seperti yang disampaikan oleh FEMA (Federal Emergency Management Agency) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kerusakan sebuah bangunan akibat gempabumi. Faktor tersebut adalah Jenis Bangunan ~ ini berhubungan dengan material dasar bangunan dan konfigurasi struktur bangunan (apakah pake beton bertulang, pake kayu, pake batu bata tanpa tulang dll). Kedua adalah Jenis Tanah, jenis tanah mempengaruhi getaran yang akan diterima bangunan di atasnya. Beberapa jenis tanah akan mengamplifikasi (memperkuat) getaran gempa dan berpeluang mengalami fenomena liquifaksi (pencairan tanah ~ tanah kehilangan kekuatannya). Kebayang kan kalau ini terjadi, maka langsung ambruklah bangunan yang ada di atasnya atau malah masuk ke dalam tanah. Faktor ketiga adalah Tinggi Bangunan, mempengaruhi besarnya distribusi massa frekuensi alami bangunan. Keempat adalah Ketidakberaturan Horisontal dan Ketidakberaturan Vertikal, jadi bangunan itu harus teratur secara horizontal ataupun vertikal karena hal ini akan mempengaruhi distribusi tegangan yang terjadi pada saat bangunan mengalami getaran. Ketidakberaturan juga akan mengakibatkan diskontinuitas mekanisme transfer beban gempabumi antara tingkat yang satu ke tingkat yang lain.
Selain itu, faktor jarak bangunan dengan pusat gempa (episenter) juga akan mempengaruhi tingkat kerusakan bangunan. Semakin dekat dengan sumber gempa maka kerusakan yang dapat ditimbulkan semakin parah.
Jadi, ketika bangunan sudah tidak bisa mengimbangi getaran gempabumi maka ambruklah ia dan bisa menimpa siapa atau apa saja yang ada di dalamnya.

Bisakah Gempabumi Diprediksi?

Jawabannya adalah TIDAK. Sampai saat ini tidak ada Negara manapun, orang manapun, alat atau instrumen apapun yang bisa memprediksi kapan akan terjadi gempabumi, dimana terjadinya dan berapa kekuatannya. Tidak bisa diperdiksi.

Gempabumi adalah kejadian alam yang selalu datang secara tiba-tiba. Oleh sebab itulah korban yang ditimbulkannya selalu besar karena orang-orang tidak sempat menyelamatkan diri. Kerugian secara material dan non material selalu tinggi.
Sayang sekali gempabumi itu tidak bisa diprediksi dan tidak pula bisa dihentikan
Selama ini, kajian tentang gempabumi bukan untuk meramal atau memprediksi kapan dimana dan berapa kekuatan gempabumi melainkan untuk mengetahui tingkat kerentanan tanah ataupun bangunan terhadap gelombang gempabumi. Faktor yang dianalisis adalah frekuensi alami tanah dan bangunan, periode dominan tanah dan bangunan, indeks kerentanan seismik, tingkat tegangan tanah, percepatan getaran maksimum tanah (Peak Ground Acceleration - PGA) dan lain-lain. Tujuannya adalah untuk mitigasi bencana ~ meminimalisir kerugian yang mungkin ditimbulkan akibat gempa tersebut.

Bahkan Peta Gempa Indonesa Tahun 2010 yang sudah diupdate dan rilis Tahun 2017 ~ yang disusun oleh Prof. Masyhur Irsyam dan tim hasil kerjasama antara Kementrian PUPR dengan lembaga-lembaga terkait termasuk BMKG dan BNPB bukan berisi prediksi kejadian gempabumi tapi sebaran nilai percepatan getaran tanah maksimum (PGA). Hingga saat ini nilai PGA adalah nilai yang menjadi cerminan bahaya gempabumi. Semakin tinggi nilai PGA, semakin berbahaya lokasi tersebut jika terjadi gempabumi.
Percepatan adalah parameter yang menyatakan perubahan kecepatan tanah mulai dari keadaan diam sampai pada kecepatan tertentu. Ketika terjadi sebuah gempa dengan kekuatan (magnitudo) tertentu, maka gempa tersebut akan menggetarkan tanah atau batuan yang dilewatinya sehingga batuan mengalami percepatan.
Analisis nilai PGA dilakukan dengan berbagai metode, ada yang secara Probabilistic dan Deterministic. Ini adalah metode statistik dengan algoritma dan perumusan berbagai macam, masukannya apa? tentu saja data-data kejadian gempabumi YANG SUDAH TERJADI, hasil identifikasi sumber gempa (lokasi, geometri patahan, mekanisme patahan), dan lain-lain. Dilakukan pemodelan dengan software, klak klik klak klik lalu keluarlah hasilnya. Terus langsung bisa diterima nggak hasilnya? tentu Tidak. Untuk menginterpretasikan hasil pemodelan tersebut dibutuhkan analisis lagi sesuai keadaan geologi geofisika geografi sebenarnya, dibutuhkan juga expert judgment. Panjaaaaaang cuy!

Potensi bahaya gempabumi selalu ada, untuk Indonesia, tidak terkecuali Lombok NTB. Potensi bahaya ini akan menjadi bencana jika ada manusia dan material lain yang ada di atasnya. Manusia dan material lainnya inilah yang menjadi faktor kerentanannya. Analisis gabungan antara potensi bahaya dan kerentanan ini akan menjadi risiko. Maka disebutlah ia sebagai risiko bencana gempabumi ~ risikonya tinggi atau rendah? bergantung pada seberapa kuat atau lemahnya faktor kerentanan tersebut terhadap gempabumi.

Lalu Apa Yang Harus Dilakukan?

Harus disadari benar bahwa wilayah Indonesia berada di pertemuan lempeng-lempeng tektonik dunia. Akibatnya adalah Indonesia memiliki banyak gunungapi, ada jalur subduksi, ada patahan-patahan di dalamnya. Ini adalah keadaan existing Indonesia, tidak bisa diubah. Dengan keadaan geologi Indonesia yang demikian maka tidak mengherankan Indonesia memiliki potensi gempabumi, bahaya gempabumi mengintai di setiap wilayahnya. Jalur subduksi dan patahan-patahan itulah yang menjadi sumber gempabumi Indonesia.

Jika sudah tahu begitu terus apa…

Hal penting yang harus dilakukan untuk meminimalisir kerugian akibat gempabumi adalah meningkatkan kapasitas manusia atau material lainnya yang ada di wilayah bahaya gempabumi. Peningkatan kapasitas memiliki pengertian yang sangat luas. Dimulai dari peningkatan kapasitas masyarakatnya, pemerintahnya, sarana prasarananya, sistemnya, bangunannya.

Dengan menyadari bahwa tempat tinggal kita punya potensi bahaya gempabumi sehingga kita mau untuk belajar dan membekali diri dengan pengetahuan tentang gempabumi itu sudah meningkatkan kapasitas kita. Pihak-pihak terkait giat melakukan penelitian-penelitian hingga menyusun peta kerawanan bencana juga bagian dari peningkatan kapasitas. Pemerintah berkoordinasi dengan sigap, membuat sistem yang tepat dan menyiapkan sarana dan prasarana yang sesuai juga bentuk peningkatan kapasitas. Dan jangan lupakan soal membuat bangunan tahan gempa. Pemerintah sendiripun sudah mengeluarkan SNI Tata Cara Perencanaan Tahan Gempa untuk Bangunan namun ternyata tidak semua masyarakat kita bisa mengakomodir tata cara tersebut. Hal-hal teknis di dalamnya haruslah dijelaskan dengan bantuan seorang teknisi. Jatuhnya mahal. Masyarakat kita membutuhkan bangunan tahan gempa yang lebih murah.

Sudah saatnya NTB fokus menata ruang dan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan memperkuat sistem mitigasi bencana. Seharusnya kejadian gempabumi kali ini bisa menjadi pelajaran yang sangat berharga. FYI, kejadian gempabumi di Lombok kali ini bukanlah yang pertama. Kalau mau lihat sebaran kejadian gempabumi yang sudah pernah terjadi bisa lewat website BMKG, USGS atau ISC ~ tinggal masukkan longitude latitude daerah yang diinginkan dan rentang waktu yang ingin dilihat.

Baca Juga: Merasa Cukup
***
Saya tahu ini berat, menghadapi gempabumi nyatanya memang tidak semudah teori-teori itu. Kita mengalami tekanan, merasa ketakutan, trauma, depresi, sakit. Tapi tidak perlu diperparah dengan membuat dan menyebarkan berita hoax, saling menyalahkan, ataupun saling serang.

foto by @fathulrakhman, edit by me
mengapa tidak share soal bagaimana relawan bekerja, gotong royong para warga, senyum tawa anak anak yang belajar di pengungsian, pendistribusian bantuan, dan kerja keras pemerintah?
Sungguh para korban tidak butuh hoax-hoax kalian di sosmed itu. Mereka hanya butuh dibantu, butuh ditemani, butuh didukung ~ karena tidak ada yang tersisa dari mereka kecuali badan.
yang nyinyir-nyinyir di sosmed sih biasanya nggak pernah terjun langsung ke pengungsian, tak pernah menatap mata para pengungsi, tak pernah jadi relawan.
Syukurnya masih banyak juga yang peduli. Teman-teman saya di beberapa komunitas bahu membahu menyalurkan bantuan, apapun bentuknya, sekecil apapun. Mereka-mereka inilah yang tak peduli hoax, tetap jalan dengan kemantapan hati ~ demi #LombokBangkit. Aku banggaaaa.

foto by @fathulrakhman, edit by me
***
Terakhir, sebagai orang yang beriman tentu saja saya akan berserah kepada yang maha kuasa. Tetap percaya bahwa apapun yang terjadi di alam semesta ini adalah karena kendalinya. Bermuhasabah, memohon ampun. Barangkali selama ini kita banyak lalai, lalai menjaga hubungan kita dengan–Nya, lalai menjaga hubungan dengan sesama manusia, lalai menjaga hubungan dengan alam sekitar kita. Semoga kita selalu dalam lindungan-Nya. Amiiin.

*tetaplah waspada

2 comments:

  1. Sya jg gemes liat pakar2 gempa bumi dadakan yg trlihat ahli bnget mnjelaskan dtgnya gempa bumi. Kasian org2 awam apalagi para orang tua yg gak tau apa2,jd ketakutan mendengar kabar dtgnya gempa bumi dari org2 yg gak brtanggung jawab.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyaaa betul, jadi sedih :( ~ yuk mulai dari diri kita BIG NO nyebarin hoax

      Delete