Monday, April 9, 2018

Perihal Sampah dan Hal-hal yang Ada Padanya



Perihal Sampah dan Hal-hal yang Ada Padanya - Sekitar dua minggu lalu ada acara penting yang berlangsung di Aula Universitas Nahdlatul Ulama NTB. Sebuah acara yang mempertemukan para ahli, praktisi dan pemangku kebijakan. Sebuah acara yang dikemas dalam bentuk seminar ini membahas persoalan yang masih menjadi PR besar umat manusia yang ada di Bumi. Persoalan yang selalu menarik untuk dibahas terlebih bagi warga NTB. Tiada lain tiada bukan, persoalan tentang SAMPAH.

Hadir sebagai pembicara adalah Nita Citrasari, S.Si., M.T., ahli pengolahan sampah dari Universitas Airlangga Surabaya, Dinas Lingkungan Hidup Kota Mataram, dan Syawaludin, S.E., praktisi bank sampah. Seminar ini membahas sampah kota secara lengkap mulai dari metode pengelolaan sampah kota, praktik dan kebijakan pengelolaan sampah di lapangan, serta pengelolaan bank sampah di masyarakat. Seminar yang dihadiri oleh mahasiswa dan instansi-instansi terkait dengan Lingkungan ini berjalan lancar dan seru, hal ini terlihat dari antusiasnya para peserta seminar ketika sesi diskusi berlangsung.

Sebelum berbicara lebih jauh tentang sampah ada baiknya saya beri sedikit penjelasan tentang terminologi sampah yaa. Bahwa yang disebut sampah itu adalah limbah yang berbentuk padat. Karakteristik wujud limbah kan ada tiga nih, limbah cair, limbah gas, dan limbah padat. Nah, limbah yang berwujud padat inilah yang biasa kita sebut dengan sampah. Sampah sendiri banyak macamnya, ada yang dikategorikan berdasarkan jenis senyawanya, berdasarkan karakteristik fisika kimia biologinya, berdasarkan istilah teknisnya, dll….kalau dilanjutkan jadi kuliah dua SKS nih :p.

“SAMPAH: zat sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat” – (UU No. 18 Tahun 2008)
Seperti yang disampaikan Bu Nita sebagai pemateri pertama yang menjelaskan tentang metode pengelolaan sampah, - tapi tentu saja tak banyak ya, kalau semuanya dijelaskan bisa jadi kuliah dua semester gaes …hahaha. Okey, jadi saya akan mencoba menuliskan garis besarnya. Paradigma kita dalam mengelola sampah kini harus diubah. Kita sudah harus berpindah dari pikiran sampah kita kumpulkan kemudian dibawa ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Sebabnya, semakin lama penduduk Bumi semakin besar jumlahnya which is akan butuh lahan untuk membangun rumah yang artinya bahwa akan semakin sulit untuk membangun TPA. Pembangunan sebuah TPA membutuhkan lahan yang sangat luas dan biaya yang sangat mahal. Dan ini menjadi masalah besar ketika kita tinggal di kota besar. Pertumbuhan penduduk yang tinggi ini juga jelas akan menghasilkan sampah yang semakin besar jumlahnya. Maka yang perlu kita lakukan adalah melakukan pengolahan sampah mulai dari rumah kita sendiri. Habit kita sebagai individu harus diubah, mulai melakukan pembatasan timbulan sampah (sebisa mungkin menggunakan barang yang sedikit meninggalkan sampah), mendaur ulang sampah, dan pemanfaatan sampah. Sampah-sampah yang tidak bisa kita olah sendiri bisa kita masukkan ke bank sampah terdekat atau berakhir ke TPA. Dengan begitu, setidaknya kita sudah mengurangi jumlah sampah yang harus ditampung TPA.


Dinas Lingkungan Hidup hadir sebagai pembicara kedua, yang dimana Dinas LH menyebutkan bahwa Kota Mataram menghasilkan 573 ton/hari. Wow….its big wow, mencengangkan banget kan. Kita mungkin santai saja membuang satu bungkus permen, - sambil bilang sampahnya kecil juga, tapi coba bayangkan jika bungkus permen itu terus dibuang begitu saja, lama-lama jadi bukit kan? Uh!. Dinas Lingkungan Hidup, sejauh ini sudah berusaha menanggulangi sampah yang ada di Kota Mataram, dengan menggandeng banyak komunitas bank sampah dan sosialisasi kepada masyarakat. Namun masih belum memperlihatkan hasil yang signifikan. Reward and punishment belum diterapkan dengan ketat. Anggaran untuk pengolahan sampahpun masih seret. Operasional untuk pengolahan sampah tak sedikit gaes.

Pembicara ketiga, hadir pak Syawaludin – seorang pendiri bank sampah, kalau boleh dibilang ia pengusaha di bidang sampah. Pengolahan sampah dan energi dari sampah memang diramalkan akan menjadi usaha di masa depan yang paling diincar masyarakat. Dan pak Syawal menyadari hal itu lebih dulu. Pak Syawal menyediakan bank sampah yang dimana masyarakat luas bisa menjual sampah di sana dan akan mendapatkan uang tabungan. Kasarannya, pak Syawal beli sampah dari masyarakat. Ini sesuatu yang luar biasa, karena bisa menggerakan masyarakat untuk mulai mengumpulkan sampah yang mereka miliki untuk dijual ke bank sampah. Jelas meringankan kerja pemerintah dalam pengelolaan sampah. Sampah yang ada di bank sampah pak Syawal dijual ke pabrik dan ada yang diolah menjadi kompos dsb.

Garis besar yang bisa diambil dari seminar tentang sampah kota ini adalah pengolahan sampah bukan semata-mata tanggung jawab pemerintah tapi juga tanggung jawab semua lapisan masyarakat. Diperlukan sinergi berbagai pihak untuk bekerja sama dalam mengolahnya. Setiap individu harus mau mengolah sampah mulai dari rumahnya sendiri, mulai dari dirinya sendiri. Bank sampah yang kini mulai banyak di Kota Mataram juga bisa menjadi alternatif.  Sampah tak bisa kita pandang sebelah mata, karena tak hanya efek fisik yang dipandang mata yang ia berikan, namun lebih luas dari itu. Kau pikir semakin panasnya cuaca tak dipengaruhi sampah?

“Mahasiswa Teknik Lingkungan UNU NTB punya PR besar yang harus dilakukan untuk mengolah sampah, terutama di NTB”
Last but not least, tuliasan ini sebagai pengingat untuk kita semua, terutama bagi diri saya sendiri. Agar saya tak lagi merasa malas ketika harus memilah sampah yang saya hasilkan. Thank you!

No comments:

Post a Comment