Sunday, November 30, 2014

Cerpen: Gadis Di Persimpangan Jalan (Bag. 3)

Kosku yang sesak karena mungil terletak di ujung jalan sebelum tikungan menuju sungai. Untuk mencapainya kau harus melewati persimpangan jalan itu. Aku belum lama pindah ke kamar kos ini. Karena alasan keterbatasan uang maka aku terpaksa menyewa kamar kos yang mungil di kawasan yang yaa dapat disebut sedikit kumuh. Letaknya yang dekat sungai membuat kawasan itu kadang banjir di musim hujan, akibat sungai yang meluap karena banyaknya sampah. Aku heran mengapa manusia begitu tidak peduli pada lingkungan tempat tinggalnya sendiri. Betapa egoisnya mereka, hanya memikirkan diri sendiri tanpa memikirkan anak cucu mereka. Seenaknya saja membuang sampah di sungai. Aku menggerutu sendiri.

Gerutuanku tentang sampah di sungai yang membuat banjir terhenti karena otakku mengirim sinyal ingatan tentang gadis di persimpangan jalan yang selalu kelihat di waktu yang sama dalam beberapa hari ini. Entah mengapa sejak melihat gadis itu aku dilanda penasaran yang besar. Aku belum pernah merasa sepenasaran ini pada seseorang. Aku seperti melihat diriku dalam diri gadis itu. Seorang manusia yang penuh kegalauan karena sedang menunggu, entah menunggu seseorang atau menunggu kabar baik. Sama-sama menunggu kepastian.

Di daerah ini aku tidak memiliki teman, karena aku memang berniat menjaga jarak dengan siapapun. Aku sudah terlalu lelah untuk berurusan dengan manusia lainnya yang justru hanya ada saat kau senang. Namun setelah dua minggu selalu melihat gadis di persimpangan jalan, aku jadi ingin mengenalnya. Kuputuskan besok untuk bertemu dengannya dan menyapanya.

(bersambung)

Thursday, November 27, 2014

Cerpen: Gadis Di Persimpangan Jalan (Bag. 2)

Orang-orang biasa memanggilku gadis payung hijau karena payung hijau selalu menemaniku kemanapun. Kurasa memang hanya dia yang selalu setia didekatku. Sama seperti hari ini ketika aku menunggumu untuk kesekian kalinya, di persimpangan jalan ini. Payung hijau ini cukup membuatku tak basah kuyup di bawah hujan, setidaknya menurutku. Kau tentu tak tahu, karena tak pernah memperhatikan. Ah ya sejak kapan kau akan memperhatikan, sedang kau tak jua datang.

Kau mungkin tak menyadari betapa hati dan fisikku semakin hari semakin kuat untuk berdiri menunggumu di sini. Aku telah mempersiapkan diriku sebaik-baiknya untuk pertemuanku denganmu. Meski hujan atau terik matahari. Aku tak peduli pada tatapan orang yang menatapku iba, heran, dan takut. Mereka pasti menganggapku gila. Tapi aku tak peduli. Lagipula mengapa kau harus repot peduli pada tanggapan orang atas apa yang kau yakini. Karena rasa peduliku sudah kau sedot habis pada janjimu yang menjelma jutaan kilo watt cahaya yang membuat ruang hatiku terang benderang.

Entah sampai kapan kekuatanku bertahan untuk menunggumu. Akupun tak tahu. Mungkin sampai ibu melarangku untuk keluar rumah lagi. Kau tahu kan aku tidak akan pernah bisa menolak perintah ibu, karena aku ingin mendapatkan surga atas ridhonya. Atau mungkin sampai persimpangan jalan ini sudah tidak ada lagi. Persimpangan jalan yang akan menunjukkan aku padamu, kau padaku.

Dari jauh masih tak ada tanda-tanda kau datang. Apakah kau akan datang diantar tukang ojek atau naik bus reot yang melewati persimpangan jalan ini?, masih tak ada tanda. Jangan hawatir, aku adalah pengingat jitu. Aku bisa mengingat semua detail, apalagi tentangmu. Tentang janjimu yang membuatku menunggu di sini, di persimpangan jalan ini.

(bersambung)

Cerpen: Gadis Di Persimpangan Jalan (Bag. 1)

Sore itu langit gelap menurunkan hujan deras. Jam tangan menunjukkan baru pukul 4 sore, seharusnya langit tak segelap itu. Jalanan sepi, orang-orang sepertinya lebih memilih menikmati selimut hangat di rumah masing-masing. Berbeda denganku yang sedang kepayahan menuntun motor butut karena kehabisan bensin di tengah derasnya hujan. Akhirnya aku memutuskan berteduh di sebuah warung yang tak jauh dari persimpangan jalan yang kulewati. Aku basah kuyup dan menggigil kedinginan.

Aku memesan segelas kopi panas untuk menghangatkan badan pada ibu warung yang menurutku terlalu cerewet. Ia tak hentinya berbicara. Berbicara tentang apa saja yang terlintas di kepalanya. Mulai tentang anaknya yang nakal, tentang tetangganya yang tukang pamer, dan tidak ketinggalan tentang kenaikan BBM yang diikuti dengan kenaikan harga barang-barang sedangkan warungnya juga tak ramai. Aku hanya mendengarkan tanpa komentar, tapi ibu warung tidak peduli ia terus saja bicara. Sepertinya ia memang tidak butuh untuk dikomentari, ia hanya ingin menumpahkan isi hati tanpa harus dihakimi pendengarnya. Bukankah manusia seringkali butuh yang seperti itu.

Kopiku telah setengah. Hujan tak juga menunjukkan tanda akan berhenti. Rintiknya semakin keras saja menimpa atap asbes warung dan sanggup melunakkan tanah yang keras. Suaranya menarik perhatian karena tak ada yang seharmonis itu, pun riak gelombang yang ditimbulkannya. Namun, mataku menangkap sesuatu yang lebih menarik di persimpangan jalan, setidaknya untuk mata dan otakku.

Seorang gadis berdiri di persimpangan jalan, tidak jauh dari warung tempatku berteduh. Ia berdiri menatap persimpangan jalan yang sepi itu. Di bawah payung hijau ia berdiri, yang ternyata tak cukup melindunginya dari hujan. Hujan deras tampias mengenai bajunya membuat ia kuyup, namun ia tak menggigil. Gadis itu berpakaian rapi, memakai sebuah sepatu yang sangat pas dengan kakinya dan rambut yang digerai. Penampilannya seperti orang yang akan bertemu dengan seseorang yang telah ditunggu-tunggu. Entah apa yang ada dalam pikiran gadis itu, aku heran. Begitu derasnya hujan turun namun ia tak beranjak satu sentipun dari tempatnya berdiri. Sepertinya ia memang telah mempersiapkan tenaganya agar kuat berdiri di sana. Apa gadis itu sudah gila, pikirku. Aku penasaran.

Ibu warung membaca pikiranku, karena mataku yang lama memperhatikan gadis itu. Gadis itu sudah lama selalu berdiri di situ, setiap sore sampai waktu magrib menjelang malam, kata ibu warung. “Mungkin dia orang gila, tak peduli pada penampilannya, sekarang kan memang banyak orang gila, mengikuti dunia yang juga sudah gila”, ibu warung menambahkan. Aku tertarik dengan kalimat ibu warung, namun sayang ia malah tidak melanjutkan bicaranya. Sinetron Serigala yang tak bermutu yang ditayangkan TV itu ternyata lebih menarik perhatiannya. Aku menarik nafas, entah untuk bagian yang mana.

Perhatian berusaha kualihkan pada kopi dalam gelas yang kadar panasnya telah menurun. Kuseruput untuk kesekian kalinya. Aku belum mau menghabiskannya karena hujan belum reda dan uangku yang tidak cukup untuk membayar dua gelas kopi. Motor bututku butuh bensin, agar aku bisa sampai di kamar kosku yang sesak. Ternyata setelah melihat gadis itu otakku tak henti berpikir tentangnya. Siapa dia? Darimana asalnya? Apa dia sedang menunggu seseorang?

(bersambung)

Sunday, November 23, 2014

Sayang....

Sayang….

Orang seperti kita ini kalau tidak punya mimpi dan cita-cita maka tidak ada lagi yang tersisa. Satu-satunya jalan adalah kau harus bermimpi, harus punya mimpi, cita-cita dan harapan. Dengan begitu kau tahu akan kemana dan kau harus memperjuangkannya. Mimpi ataupun harapan memang bukan jaminan bahwa semuanya akan berjalan mulus, namun ketika mimpi dan harapan itu ada, paling tidak kita tahu apa yang akan kita perjuangkan.

Sayang….

Percayalah tidak akan ada yang sia-sia di muka bumi ini. Apapun yang kau lakukan pasti akan ada balasannya. Kejarlah cita-citamu, jangan menyerah. Ini baru permulaan, baru garis start yang kau lewati. Dalam perjalananmu masih banyak hal baru yang akan kau temui, yang akan semakin memperkaya dirimu. Kau harus bersiap.

Sayang….

Ingatlah selalu bahwa kau tidak akan pernah sendiri. Banyak orang-orang spesial yang akan selalu membersamaimu, yang akan memberikan dukungan terbaik buatmu. Jangan pernah lupa bahwa ada sang maha pemberi yang tidak akan pernah meninggalkanmu. Kau hanya harus memperlihatkan perjuanganmu.

Kota Kedua

Ini adalah malam kesekian di Jogja. Setahun lebih tinggal di Jogja tidak membuatku merasa satu dengannya. Aku tidak pernah menaruh hatiku pada Jogja, ia hanya menjadi tempat sementara tuk disinggahi. Memang benar kata orang, sejauh apapun kau melangkah tetap saja kampung halaman tiada duanya.

Namun sedikit tidak tinggal di Jogja memberi banyak pengalaman, banyak pertemuan dengan orang-orang baru, banyak pemikiran-pemikiran baru. Tinggal di kota ini mempertemukan saya dengan orang-orang dari seluruh Indonesia. Jogja sebagai kota pelajar membuat ia didatangi oleh orang-orang dari berbagai daerah, dengan segala keunikannya.

Meski Jogja menawarkan banyak hal yang tidak ada di kampung halaman, tetap saja ia tidak bisa menggantikan kampung halaman. Hal-hal yang “ke-kota-an” ada di sini, yang mungkin dapat mengubahmu menjadi lebih “kota”. Jogja hanyalah tempat kedua, tak akan pernah jadi yang pertama.

Monday, November 17, 2014

Titik Nol

"Pergilah, Jelajahilah dunia, lihatlah dan carilah kebenaran dan rahasia-rahasia hidup, niscaya jalan apapun yang kau pilih akan mengantarkanmu menuju titik awal. Sumber kebenaran dan rahasia hidup akan kau temukan di titik nol perjalananmu. Perjalanan panjangmu tidak akan mengantarkanmu ke ujung jalan, justru akan membawamu kembali ke titik permulaan. Pergilah untuk kembali, mengembaralah untuk menemukan jalan pulang. Sejauh apa pun kakimu melangkah, engkau pasti akan kembali ke titik awal."

"Perjalanan adalah belajar melihat dunia luar, juga belajar untuk melihat ke dalam diri.
Pulang adalah jalan yang harus dijalani semua pejalan.
Tiada pertemuan yang tanpa perpisahan, tiada perjalanan yang tanpa pulang."

"Cinta sama sekali tak takut Jarak, Waktu, Maut. Cinta tak kenal perbedaan bangsa dan agama, jurang usia atau kelas manusia. Cinta bukan teori, cinta bukanlah kata-kata tinggi. Cinta itu harus ditunjukkan, dilakukan, dibuktikan. Cinta ada bahkan dalam satu sentuhan lembut, dalam kecupan dan untaian dongeng, dalam tatap mata dan ucapan salam."

Agustinus Wibowo -Titik Nol-

Thursday, November 13, 2014

Happy Birthday!

Haloo adek apa kabar kamu disana? Semoga sehat selalu dan sekolahmu lancar.

Ingat gak hari ini hari ulang tahunmu. Sebenarnya tidak ada yang spesial dengan ulang tahun, tidak ada acara khusus yang harus diadakan. Tapi setidaknya dengan mengingat hari ulang tahun alias tanggal lahir kita diberi jalan untuk mengingat bahwa kita masih hidup sekaligus mengingat bahwa jatah hidup kita berkurang. Hal itu dapat menjadi renungan atas anugerah usia yang kita peroleh telah kita isi dengan apa. Semakin dekatkah kita dengan sang pencipta? Semakin berbaktikah kita kepada orangtua? Semakin bermanfaatkah kita bagi sesama? Dan masih banyak semakin-semakin yang lain, tentu “semakin” dalam hal positif.

Jumat, 14 November 2014 hari ulang tahun adek laki-laki saya Iskandar Suahiri. Semua doa yang terbaik disampaikan untukmu. Semoga umurmu berkah. Belajar yang rajin ya disana. Teruslah membanggakan. Happy Birthday!

Jika

Jika kau tengah letih dan rasanya ingin menyerah saja, maka lihatlah orang-orang yang masih berjuang. Lihatlah mereka yang masih gigih memperjuangkan mimpinya bahkan sedang semangat-semangatnya untuk memulai. Mungkin dengan begitu kobaran semangat itu dapat mengaliri dirimu juga.

Jika jalanmu tengah buntu dan rasanya seperti terjebak sendiri, maka bantulah orang-orang di sekitarmu. Lihatlah orang-orang yang mungkin membutuhkan bantuanmu, bantu mereka dengan tulus. Mungkin dengan begitu kau akan menemukan jalanmu, menemukan jalan keluar atas kebuntuanmu sendiri.

Jika hati dan pikiranmu tengah kusut dan rasanya seperti tersiksa, maka ceritakanlah, ceritakanlah pada orang lain atau pada tulisan-tulisan di kertas putih. Jangan ragu untuk membaginya dengan yang lain. Mungkin dengan begitu kau akan merasakan kelegaan, merasa bahwa hatimu juga perlu berbagi.

Monday, November 10, 2014

Apa Kabar Nona?

Apa Kabar Nona?

masihkan kau risau karena rindu
masihkah kau gelisah karena janji yang belum ditunaikan

Apa Kabar Nona?

tersentakkah kau ketika ada yang bertambah tua ketika kau bertambah usia
tersentakkah kau ketika ada kedalaman kasih pada tatapan matanya

Apa Kabar Nona?

masihkah kau mengesap pahit dan manis kopi di pagi hari
masihkah kau memutar lagu yang sama berulang kali

Apa Kabar Nona?

masihkah kau melamunkan masa depan dengan lebih dulu melamunkan masa lalu
masihkah kau merangkai cerita dalam lamunan lalu menuliskannya

Apa Kabar Nona?

Saturday, November 8, 2014

The Fault in Our Stars

Saya tahu ini terlambat, tapi tidak ada kata terlambat untuk share tentang ini. Ini adalah tentang sebuah film yang saya tonton semalam yaitu The Fault in Our Stars. Film ini diangkat dari novel karangan Jhon Green dengan judul yang sama. Sebelum filmnya dibuat saya sudah lama membaca buku ini. Waktu itu saya membelinya karena ada tulisan new york time best seller di sampulnya. Ini adalah kebiasaan saya jika bingung ingin membeli buku yang mana, maka saya akan memilih buku yang ada tulisan best sellernya. Ternyata setelah membaca bukunya harus diakui bukunya memang bagus walau terasa sedikit agak berat bahasanya, kebetulan saya membeli edisi terjemahan Indonesianya. Di dalamnya banyak quote-quote yang romantis dan yang membangkitkan semangat. Karena memang bagus dan best seller akhirnya buku tersebut dibuat film. Awalnya saya tidak berniat menonton filmnya, karena menurut saya film yang diangkat dari buku terkadang tidak sebagus bukunya. Namun setelah berbulan-bulan lewat dari launching filmnya, semalam setelah ngopi dari teman dan sedang punya waktu luang saya menonton film ini.

Voila! filmnya keren sodara-sodara.
Mungkin karena saya adalah orang yang memang suka novel, drama, dan hal-hal yang romantis maka saya langsung suka film ini. Namun dalam film ini juga ada adegan komedinya, jadi jangan hawatir disini tetap ada hal-hal lucunya. Saya menonton film ini tanpa saya geser-geser untuk dipercepat. Film ini bercerita tentang penderita kanker, tokoh utamanya Hazel Grace dan Augustus Waters. Saya sangat suka mereka berdua. Hazel Grace sosok yang benar-benar menjadi dirinya sendiri, dia tidak hidup dalam impian orang lain. Dia memiliki pemikiran-pemikirannya sendiri tentang dunia dan hidupnya. Ia anak yang manis dan sangat mencintai keluarganya. Walau terkena kanker dia tidak merasa terpuruk meski disaat-saat kritis dia hampir kehilangan harapannya. Sedangkan Augustus Waters sosok yang periang, penuh senyum dan humoris. Kanker yang bersemayam dalam tubuhnya tidak menghilangkan senyum di wajahnya. Ia disayangi orang-orang termasuk sahabatnya Isaac dan begitupun sebaliknya. Kehadiran Augustus telah memberikan warna baru dalam hidup Hazel. Memberikan dukungan, semangat, kasih sayang dan ikut mewujudkan impian Hazel untuk bertemu penulis favoritnya.

Namun kematian tetap saja menjadi hal yang menyedihkan. Augustus mati karena kanker yang semakin parah, meninggalkan Hazel yang masih harus berjuang melawan kankernya. Pidato pemakaman Hazel juara! berhasil membuat saya berderai airmata.

Hazel mengatakan:

"You gave me a forever within the numbered days. I cannot tell you how thankful I'am for our little infinity"

Original soundtrack dari film ini juga keren-keren dan pas banget sama filmnya. Bagi yang suka drama romantis tontonlah film ini, maka kalian akan mengerti. Jangan lupa baca bukunya juga ya.

Kenangan Yang Dibawa Hujan

Hujan turun selalu membawa serta kenangan, entah mengapa ia seperti punya kekuatan magis yang dapat menghidupkan waktu. Betapa banyak puisi dan sajak yang terinspirasi dari hujan, betapa banyak cerita yang ditulis dengan latar hujan. Hujan terasa begitu spesial bagi siapapun.

Begitupun bagiku. Hujan siang tadi menggeretku pada kenangan masa kecil. Ketika aku tidak perlu memikirkan hal-hal besar dalam hidup. Ketika yang ada dalam otakku hanyalah bermain. Ketika semua keinginan terasa sangat mudah diraih. Ketika dunia terasa sangat aman. Waktu itu jika hujan turun aku seperti anak-anak lainnya akan merasa sangat senang. Jika hujan turun mata kami berbinar-binar karena ketika hujan turun itu berarti aku bisa bermain air, mandi hujan. Meski harus sembunyi-sembunyi, karena biasanya orang tuaku tidak akan mengijinkan. Namun sekali waktu orang tua akan mengijinkan. Kehadiran hujan selalu membawa kesejukan, melapisi udara dengan kesegaran dan menghijaukan pekarangan. Hujan kala itu terasa ajaib di mataku, tak pernah sekalipun aku menggerutu tentang hujan.

Ketika itu, hujan terasa selalu membawa kedamaian. Tak pernah kudengar hujan yang membawa kehancuran, namun hal itu berbalik dengan keadaan hari ini. Hujan kala itu membawa serta orang-orang menjadi satu untuk bergembira, bukan untuk disumpahi. Aku ingin menjadi orang yang selalu bergembira atas datangnya hujan karena aku punya kenangan yang indah tentang hujan. Kenangan tentang masa kecil yang manis bersama orang-orang terkasih.

Hujan memang selalu berhasil menghadirkan waktu yang telah lalu dalam bingkai kenangan.

Thursday, November 6, 2014

Mari Kita Bicara

Mari Kita Bicara

mungkin ketika malam telah gelap menyisakan sinar rembulan
ketika hening menyeruak dan waktu terasa berhenti

Mari Kita Bicara

mungkin ketika ego sudah tidak merajai diri
ketika tenggang rasa telah naik tingkat

Mari Kita Bicara

mungkin ditemani secangkir teh hangat di pagi hari
ketika embun pagi telah menyegarkan pikiran

Mari Kita Bicara

Tak Perlu Nikmat Sakit Untuk Mengerti Nikmat Sehat

Terkadang atau bahkan seringkali manusia selalu mensyukuri nikmat sehatnya ketika nikmat sakit datang padanya. Mungkin itu juga yang terjadi pada saya. Ketika sakit baru ingat betapa bahagianya sehat, betapa berharganya badan sendiri yang harus dijaga dan badanpun butuh istirahat.

Jadi begini ceritanya.

Pada suatu pagi yang cerah saya bangun dengan kepala yang agak nyut-nyutan dan badan yang pegal. Pikir saya karena tidur jam 12 semalam. Untuk menghilangkan pusing dan badan pegal saya langsung sarapan dan mandi. Berharap segera segar, ternyata tidak. Sehabis mandi badan saya tiba-tiba demam tinggi disertai sakit kepala yang hebat. Suhu badan sampai 39 derajat celcius. Aah....ini bakalan sakit, pikir saya.

Singkat cerita setelah demam hari itu, kata dokter saya terkena gejala db alias demam berdarah, dan saya harus segera periksa darah untuk tahu kadar trombosit. What? periksa darah terdengar horor bagi saya, pasalnya saya sangat takut dengan jarum suntik -,-

Namun karena mengingat banyak hal yang harus saya selesaikan dan saya harus sehat akhirnya saya berangkat ke rumah sakit untuk periksa darah. Sudah diduga trombosit turun drastis dari normalnya, sampai 2 kali periksa darah berturut-turut. Melihat hal itu dokter mengatakan saya harus opname, alias menginap di rumah sakit. OMG, antara takut dan bingung, banyak yang tiba-tiba berkecamuk di kepala saya waktu itu. Pertama karena takut jarum, kedua saya asing dengan rumah sakit, ketiga saya anak kos-kosan, keempat tapi saya mau sembuh.

Saya yang sudah pucat dengan kepala yang pusing tak kuasa menolak ketika perawat menusukkan jarum suntik di tangan untuk memasang selang infus. Ternyata rasanya ngilu dan nyeri, tangan saya yang ada infusnya terasa ngilu sekali. Sejak saat itu resmilah saya menjadi pasien rawat inap di rumah sakit. Kesehatan saya naik turun ketika di rumah sakit, ada kalanya saya merasa sangat fit, ada kalanya saya merasa tidak baik. Ada rahasia kecil yang harus kalian ketahui bahwa makanan di rumah sakit tidak enak, saya harus makan bubur dengan lauk yang kadang terlalu asin T.T

Setelah total 4 hari 3 malam di rumah sakit akhirnya saya diijinkan pulang oleh dokter. Senang rasanya akhirnya terbebas dari selang infus dan kamar rumah sakit. Akhirnya saya bisa merasakan udara segar di luar rumah sakit. Namun yang paling penting adalah saya punya pe-er besar untuk menjaga kesehatan saya lebih dari sebelumnya. Sakit itu sangat tidak enak. Badan kita yang sangat berharga ini perlu dijaga, jangan dipaksa untuk terus beraktifitas. Ketika sakit malah baru paham kalau sehat itu sangat berharga. Seharusnya tidak perlu menunggu sakit dulu baru mensyukuri sehat. Pengalaman dirawat di rumah sakit kemarin membuat saya bertekad untuk lebih memperhatikan kesehatan dan kebersihan.

Halo, Selamat Pagi!

Haloo
Selamat Pagi Dunia!

Semoga hari ini penuh semangat dan penuh berkah

Pagi ini keinginan saya untuk menulis di blog terpenuhi. Sejak semalam sudah mau nulis tapi ada hal lain yang harus dikerjakan, maka jadilah ditunda sampai pagi tiba. Rasanya kangen sekali nulisin ini blog. Beberapa waktu absen karena banyak hal tiba-tiba yang terjadi dalam hidup saya belakangan ini.

Lama enggak nge-blog jadi banyak ketinggalan berita di dunia blogging. Misalnya tulisan teman saya yang makin keren aja di blognya, review novel-novel terbaru, catatan-catatan random di blog orang yang menyelipkan banyak inspirasi, dan banyak lagi yang lain.

Sepertinya pagi adalah waktu yang tepat untuk memulai. Memulai aktifitas yang baik. Salah satunya menulis.

Selamat Pagi, Selamat Berkarya!