Sunday, October 12, 2014

Anak-Anak adalah Cerminan Orangtua

Sepagi ini saya membaca sebuah berita tentang kekerasan yang dilakukan oleh beberapa siswa Sekolah Dasar kepada teman mereka. Kemudian setelah menelusuri terdapat tautan videonya dan sayapun membuka video tersebut, durasi video sekitar 1.25 menit. Saya harus mengakui, airmata saya jatuh melihat video itu. Saya tiba-tiba merasa sangat sedih melihat kejadian dalam video tersebut. Sekelompok anak-anak melakukan kekerasan kepada seorang anak lain teman sekelas mereka, dan si anak yang dipukuli hanya bisa menangis tak mampu melawan keroyokan teman-temannya.

Muncul banyak pertanyaan. Mengapa sampai saat ini kekerasan masih saja menjadi trending topik dalam pemberitaan media. Mengapa sampai hari ini ada saja berita kekerasan yang sampai kepada kita, terutama kekerasan yang dilakukan atau dialami oleh anak-anak. Ini masalah besar. Bayangkan jika sedari kecil anak-anak terbiasa melakukan tindakan kekerasan. Terbiasa saling pukul dan memukul teman mereka hingga menganggap kalau tindakan itu adalah hal yang biasa. Mereka bisa jadi akan tumbuh dengan rasa egois, mudah menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan masalah sampai akan sanggup untuk menyakiti diri sendiri. Untuk anak yang sering menerima kekerasan akan tumbuh dengan rasa trauma, rasa takut, dan rasa tidak percaya diri. Itu semua akan terjadi jika tidak ada penanganan yang serius untuk menghentikan kekerasan yang sering terjadi.

Sesungguhnya anak-anak adalah cerminan dari orangtua, bukan hanya berarti orang tua di rumah namun orangtua secara luas termasuk di dalamnya orang-orang dewasa di sekitarnya serta lingkungan mereka. Banyaknya tindakan kekerasan yang dilakukan oleh anak-anak menunjukkan bahwa ada sesuatu yang kurang atau salah dalam pengasuhan dan lingkungan mereka. Hal tersebut dimulai dari lingkup yang paling kecil yaitu dari rumah atau keluarga. Mari bercermin, mungkin sebagai orangtua kita terlalu mudah berteriak, mudah memarahi dan melayangkan pukulan pada anak-anak hanya karena anak-anak melakukan hal-hal yang menurut kita tidak benar. Seharusnya kita menegur dengan lembut sambil memberikan teladan yang baik. Harus diingat bahwa anak-anak adalah peniru nomer satu, mereka akan menirukan apapun yang mereka lihat dan dengar dari orang-orang dan lingkungan sekitar mereka.

Berbagai media yang saat ini begitu mudah diakses juga menyumbang pengaruh munculnya kekerasan yang dilakukan oleh anak-anak. Banyaknya sinetron-sinetron yang tidak mendidik yang ditonton oleh jutaan penduduk Indonesia termasuk anak-anak menjadi salah satu penyebab kekerasan yang terjadi. Orang-orang dewasa di sekitar kita juga tidak kalah besar sumbangannya dalam memunculkan kekerasan yang dilakukan oleh anak-anak. Orang-orang dewasa saat inipun begitu mudah melakukan kekerasan pada anak-anak, mudah mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan, saling menjatuhkan sampai mengolok-olok fisik seseorang, dan semua itu dilakukan dengan bebas tersebar di media sosial yang begitu mudah diakses oleh anak-anak.

Ini adalah tanggung jawab kita semua, para orangtua, para guru, pemerintah, pemilik badan usaha dan orang-orang dewasa lainnya untuk sama-sama memikirkan sejenak apakah tingkah yang kita lakukan akan memberi dampak buruk pada anak-anak atau tidak. Jika akan memberi dampak buruk pada anak-anak maka pikirkan ulang. Anak-anak adalah harta berharga penerus bangsa, jika mereka hanya dicekoki dengan kekerasan, maka apa kabar semangat mereka tentang belajar? apa kabar semangat mereka untuk berimajinasi dan berkreatifitas?

No comments:

Post a Comment