Thursday, May 1, 2014

Laki-laki pertamaku

Hari ini wajahnya semakin menua, ada beberapa rambut putih di kepalanya. Hari ini badannya tidak sekuat dulu ketika ia muda. Hari ini badannya sudah gendut, tidak kurus lagi seperti ia masih bujangan. Tapi sungguh ia semakin tampan saja.

Hari ini ia masih bangun pagi, mandi, sholat subuh untuk kemudian berangkat ke kantor. Karena letak kantornya yang lumayan jauh dari rumah ia selalu berangkat pagi, selesai sholat subuh dari masjid. Ketika orang-orang masih tidur, ia sudah berpakaian rapi. Ia menjadi orang pertama di kantor yang membuka gerbang kantor, ketika pegawai-pegawai yang lain masih menikmati hangatnya rumah. Ia sudah melakukan itu selama lebih dari 20 tahun.

Hidupnya diawali dengan kehidupan masa kecil yang carut marut. Keluarganya bercerai, ia dan saudara-saudaranya hidup terpisah. Ia tinggal dengan bibi yang satu ke bibi yang lain. Ia harus menerima kenyataan bahwa orang tuanya telah memiliki kehidupannya masing-masing. Beruntung ia masih punya kesempatan untuk sekolah, maka ia sekolah walau harus melewati jarak berkilo-kilo meter dengan jalan kaki. Sambil sekolah ia mengerjakan apapun yang ia bisa, apapun yang disuruh paman atau bibinya. Kehidupan masa kecil yang tidak seindah bayangan membuat ia menjadi kuat.

Ia adalah laki-laki pertamaku, laki-laki pertama yang aku kenal dalam hidupku. Ia yang menungguku untuk lahir, yang juga berbinar matanya melihatku lahir selain orang yang melahirkanku. Ia-lah yang kemudian melantunkan ayat suci pertama di telingaku. Ia memberiku nama yang indah, dengan harapan besar dan kebanggaan padaku. Itu juga lah yang ia lakukan kepada saudara-saudaraku yang lain, kami adalah harapan dan kebanggaannya.

Ia sosok yang serius, dan tegas jika menyangkut hal yang tidak benar. Dibalik ketegasannya ia punya rasa humor yang tinggi. Sering ia mengeluarkan lelucon-lelucon yang lucu untuk menghibur kami. Ia menjaga kami dengan nasihat-nasihatnya. Ia berusaha untuk selalu mengabulkan keinginan-keinginan kami. Terkadang ia marah atas hal-hal yang bersebrangan dengan dirinya, dengan keinginannya.

Ia senang berteman, teman-temannya sering sekali berkunjung ke rumah dan ia sering menjamu teman-temannya. Ia sering berbagi dengan tetangga-tentangga dan keluarganya. Ia seperti selalu ingin membagi kebahagian yang ia miliki dengan orang lain.

Sungguh sangat beruntung ia memiliki pendamping di sisinya yang mendampinginya hingga saat ini sejak 25 tahun yang lalu. Pendamping yang selalu menjadi penguatnya ketika ia lemah, yang mendengar segala keluh kesahnya. Ia tidak pernah mengambil suatu keputusan apapun tanpa pertimbangan atau pendapat pendampingnya. Ia orang yang selalu menerima apapun keadaan pendampingnya, dan tak segan mengurangi pekerjaan rumah pendampingnya. Mereka juga tak jarang berbeda pendapat, namun itulah seninya, yang akhirnya semakin memperkuat hubungan mereka. Hari ini aku melihat mereka semakin mirip dan semakin kompak saja.

Semoga engkau selalu sehat, doa-doa terbaikmu dikabulkan. Semoga kami bisa memenuhi harapan dan kebanggaanmu. Jadilah selalu laki-laki pertamaku yang tidak akan pernah meninggalkanku.

4 comments: